Amerika Kini Tutup Rapat Data Stok Nuklir Mereka
Rudal nuklir Minuteman III Amerika Serikat

Amerika Kini Tutup Rapat Data Stok Nuklir Mereka

Departemen Energi Amerika telah menolak permintaan oleh Federasi Ilmuwan Amerika atau Federation of American Scientists (FAS) untuk mengungkapkan jumlah persediaan senjata nuklir negara itu. Ini adalah sikap baru Amerika yang biasanya lebih terbuka dalam masalah tersebut.

“Setelah mempertimbangkan dengan saksama  ditentukan bahwa informasi yang diminta tidak dapat diklasifikasikan pada saat ini,” tulis Kementerian Energi dalam surat 5 April 2019 sebagaimana diungkapkan Federasi Ilmuawan Amerika.

Dalam surat tersebut tidak dijelaskan lebih rinci tentang alasan  tidak diberikannya informasi kecuali mengatakan keputusan itu dibuat oleh pejabat Departemen Pertahanan dan Kementerian Energi dari Kelompok Kerja Formerly Restricted Data Declassification.

Direktur Proyek Informasi Nuklir FAS, Hans M. Kristensen mengecam keputusan itu dengan mengatakan tindakan itu sebagai langkah mundur.

“Praktik ini berjalan mundur hampir satu dekade dan menempatkan Amerika dalam kotak yang sama dengan negara-negara bersenjata nuklir yang terlalu rahasia,” katanya sebagaimana dikutip Sputnik Kamis 18 April 2019.

Analis memperingatkan bahwa keputusan Washington akan membuat lebih sulit untuk mengamankan perjanjian kontrol senjata baru dengan Rusia dan China. Pemerintahan Trump mulai menarik diri dari Intermediate-Nuclear Forces Treaty  1987 awal tahun ini, dengan Moskow juga menyatakan keprihatinan bahwa nasib perpanjangan Strategic Arms Reduction Treaty (New START) dapat dipertanyakan.

Pemerintahan Obama memulai membuka data stok nuklir Amerika pada 2010, dengan administrasi Trump melanjutkan praktiknya merilis angka 2017 tahun lalu. Angka-angka menunjukkan total persediaan terdiri dari 3.822 hulu ledak nuklir.

Kristensen mengatakan tidak ada indikasi yang jelas mengapa Washington menolak pengungkapan persediaan nuklir dan mencatat bahwa mungkin mendapat tekanan Gedung Putih atau indikasi bahwa Amerika sudah mulai meningkatkan ukuran cadangan nuklirnya meskipun pilihan itu kurang mungkin, dalam pandangannya.

Menurut angka-angka Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dari Januari 2018, Rusia dan Amerika memiliki cadangan nuklir terbesar, masing-masing dengan 6.850 dan 6.450 hulu ledak nuklir. Sementara Prancis, China , Inggris, Pakistan, India, Israel dan Korea Utara memiliki akses masing-masing 300, 280, 215, 140-150, 130-140, 80 dan 10-20 hulu ledak.

Washington memulai modernisasi nuklir selama 1,5 tahun senilai US$ 1,5 triliun pada tahun 2010, dengan Tinjauan Postur Nuklir 2018 oleh Presiden Trump menyerukan penciptaan senjata taktis dan peluncur berbasis laut yang baru, dan menurunkan ambang batas untuk penggunaannya termasuk kemungkinan sebuah tanggapan nuklir Amerika terhadap serangan strategis non-nuklir yang signifikan.