Meskipun AS telah berusaha untuk membuat Turki keluar dari pembelian sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia, Ankara tampaknya telah menolak untuk mundur. Seorang jurnalis di outlet Jerman Stern, Gernot Kramper, menunjukkan bahwa kesepakatan itu bisa menjadi masalah besar bagi NATO, karena Moskow pada akhirnya bisa mendapatkan akses ke teknologi aliansi itu.
Setelah membeli dan menggunakan empat baterai sistem rudal pertahanan udara S-400 buatan Rusia, Turki akan meningkatkan pengaruhnya di Mediterania timur dan mengubah posisi geostrategisnya.
Jurnalis Jerman Gernot Kramper dalam artikelnya untuk majalah Stern menulis mencatat tidak seorang pun yang bertentangan dengan kehendak Ankara akan dapat beroperasi di daerah tersebut. Dia menunjukkan bahwa meskipun Amerika telah mendominasi udara secara global, S-400 menimbulkan bahaya bahkan untuk jet siluman. “Itu adalah mimpi buruk bagi NATO,” katanya.
Kramper menunjukkan bahwa Amerika telah menolak untuk menyediakan Turki dengan senjata serupa untuk waktu yang lama. Bahkan selama perang di Suriah, baterai pertahanan udara Patriot buatan Amerika milik negara lain yang ditempatkan untuk mempertahankan Turki. Kramper menyimpulkan bahwa “Ankara telah menyadari Turki hanyalah sekutu kelas dua”.
Wartawan itu mengatakan bahwa dengan sistem S-400, Turki memilih jalur kemandirian yang lebih besar, karena kompleks ini dapat digunakan melawan musuh apa pun yang tidak demikian halnya dengan sistem Amerika. Menurutnya, baterai buatan Rusia mampu menjatuhkan jet Rusia dan Amerika.
S-400 dikatakan jauh lebih canggih daripada sistem Patriot. Di sisi lain Patriot harganya mencapai dua kali lipat dibandingkan S-400.
Selain itu, Moskow dilaporkan telah menawarkan Ankara kesepakatan yang lebih baik. Wartawan Jerman tersebut menambahkan bahwa Turki tertarik pada transfer teknologi dari semua pembelian senjata untuk mendapatkan akses ke teknologi canggih untuk militernya.
Meskipun juru bicara presiden Rusia sebelumnya menyatakan bahwa meskipun tidak ada pembicaraan tentang produksi bersama sistem S-400 oleh Rusia dan Turki, ada kemungkinan bahwa beberapa komponen dapat diproduksi . Juga diharapkan bahwa Turki akan mulai mengembangkan kompleks pertahanan udara sendiri.
Kramper menggambarkan “masalah besar” lain untuk NATO selain kehilangan pengaruhnya atas wilayah udara Turki yang secara strategis penting. S-400 tidak kompatibel dengan sistem pertahanan udara NATO lainnya, sehingga jurnalis tersebut memperingatkan bahwa jika ditemukan cara untuk menghubungkan S-400 dengan Airborne Warning and Control System (AWACS), maka Rusia dapat memperoleh wawasan tentang teknologi NATO .
Dia menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang, sebuah negara tidak akan berhenti di S-400, karena pertahanan udara bekerja dalam kombinasi dengan sistem lain. “Bahkan senjata yang mengesankan seperti S-400 tidak mungkin bekerja sendiri.”
Oleh karena itu, menurut wartawan itu, Ankara mungkin akan menambahkan sistem pertahanan jarak pendek dan kompleks radar lainnya.