Sebuah foto yang dirilis di media sosial Rusia menunjukkan sistem peluncuran multiple roket TOS-1A, yang umumnya dikenal sebagai Solntsepyok yang baru-baru ini dikirim ke Arab Saudi.
Sumber industri militer di Rusia mengakui memang telah mulai mengirimkan sistem heavy flamethrowers atau penyembur api berat tersebut ke Arab Saudi berdasarkan kontrak 2017.
“Ekspor TOS-1A Solntsepek ke Arab Saudi telah dimulai. Batch pertama sistem telah dikirim ke kerajaan,” kata sumber dalam industri pertahanan mengatakan kepada Sputnik, Rabu 10 April 2019.
Pada 2017, menyusul hasil kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Moskow, beberapa kontrak pertahanan ditandatangani. Secara khusus, mereka membahas pembelian dan pelokalan produksi sistem heavy flamethrower TOS-1A, sistem rudal anti-tank Kornet-EM dan peluncur granat AGS-30.
Selain itu juga dilaporkan Rusia dan Arab Saudi sedang mempersiapkan kontrak untuk penyediaan sistem pertahanan udara Triumf S-400.

TOS-1 meluncurkan roket yang fuel-air explosive (FAE) yang mengakibatkan ledakan dengan kobaran api yang sangat besar. Sistem ini dirancang untuk melenyapkan posisi yang dijaga ketat. Kisaran pembakaran efektif sistem TOS-1A sekitar 6 km.
Berbicara kepada Izvestia, sejarawan militer Alexei Khlopotov mengatakan banyak orang salah menyebut Solntsepyok sebagai sistem artileri padahal sistem tersebut adalah Tank Assault, yang beroperasi bersama formasi infanteri. Karena alasan inilah peluncurnya lapis baja dan dipasang pada sasis tank T-72 dan T-90.
Penyembur api yang dimaksud juga berbeda dengan pengertian era Perang Dunia II yang memang menyemburkan api dari moncong senjata. TOS adalah penyembur api dalam arti bahwa ia mengirimkan hulu ledak termobarik ke daerah-daerah yang dikuasai musuh membuat mereka terbakar.
Analis pertahanan Sebastien Roblin menulis di National Interest TOS-1 tidak memiliki padanan di militer Barat.
“Meskipun ada semua jenis sistem peluncuran multi-roket yang digunakan, seperti M142 HIMARS yang digunakan oleh Angkatan Darat Amerika untuk membombardir [ISIS] di Irak, mereka semua adalah senjata lapis baja ringan yang ditujukan untuk tembakan tidak langsung jarak jauh,” katanya.
Sebastien Roblin menggambarkan TOS-1 sebagai sebagai salah satu senjata paling dahsyat selain senjata nuklir taktis.
Baca juga: