Rusia dan Turki memiliki proyek penjualan senjata lainnya yang sedang berjalan selain dari sistem pertahanan udara S-400. Hal itu disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin saat berbicara dalam pembukaan pertemuan Dewan Kerjasama Rusia-Turki Senin 8 April 2019.
Putin menekankan bahwa penyelesaian kontrak senilai US$ 2,5 miliar untuk pengiriman S-400 buatan Rusia ke Turki saat ini menjadi prioritas utama dalam hal kerja sama militer teknis antara kedua negara.
“Ada tugas-tugas serius yang dihadapi negara-negara kita dalam hal memperkuat kerja sama di bidang teknis militer. Pertama dan terpenting, kita berbicara tentang penyelesaian kontrak untuk memasok Turki dengan sistem rudal anti-pesawat S-400 Triumf,” kata Putin sebagaimana dilaporkan Sputnik.
“Ada proyek-proyek lain yang menjanjikan dalam agenda terkait dengan pasokan produk pertahanan modern Rusia ke Turki,” tambah Putin, tanpa merinci senjata apa yang dimaksud.
Moskow dan Ankara menandatangani kontrak senilai US2,5 miliar untuk pasokan empat set batalion S-400 pada akhir 2017. Setelah pengiriman dimulai pada Juli, Turki akan menjadi negara keempat yang memiliki sistem setelah Rusia , Belarusia, dan China.
Bulan lalu, media Turki mengindikasikan bahwa yang pertama dari S-400 Turki akan dikerahkan ke Pangkalan Udara Murted di barat laut Ankara. Pekan lalu, Putin mengatakan bahwa produsen S-400 Almaz-Antey telah mempercepat produksi S-400 Turki atas permintaan Ankara.
Kontrak S-400 telah menjadi sumber konflik antara Turki dan Amerika serta NATO. Washington berusaha keras untuk menekan Turki membatalkan rencana tersebut termasuk dengan menawarkan sistem Patriot sebagai penggantinya. Namun Turki mengatakan penawaran Amerika tidak sebanding dengan penawaran Rusia termasuk dalam hal harga dan transfer teknologi.
Amerika juga telah menghentikan pengiriman peralatan terkait jet tempur F-35 sebagai bagian dari ancaman Turki tidak akan mendapatkan pesawat siluman yang dibeli tersebut.
