Ketika berbicara tentang pesawat Amerika yang berperan dalam Perang Vietnam, orang biasanya akan langsung menyebut ke F-4 Phantom atau A-6 Intruder. Harus diakui kedua pesawat memang memegang peran penting dalam perang tersebut.
Hanya saja orang juga tidak boleh melupakan peran A-3 Skywarrior atau sering disebut ” Whale” (Paus) karena ukurannya yang relatif besar dibandingkan pesawat lain kala itu. Tanpa A-3 Skywarrior, sulit bagi Phantom maupun Intruder bekerja maksimal.
Pesawat memiliki panjang lebih dari 76 kaki, dan dengan lebar sayap 72 kaki dan berat lepas landas maksimum 82.000 pound. A-3 memiliki jangkauan 2.100 mil dan bisa membawa 12.800 pon muatan.
Meski Skywarrior melakukan beberapa misi pemboman awal, pesawat ini lebih terkenal dalam misinya sebagai pesawat tanker dan misi elektronik. Angkatan Laut mengubah 85 pesawat menjadi tanker KA-3B, dan 34 juga diberikan pod jamming menjadi EKA-3B.
Pesawat ini tidak hanya bisa mengirimkan banyak bahan bakar ke pesawat yang berbasis kapal induk, mereka juga membantu melakukan jamming radar musuh.
Varian Skywarrior lainnya termasuk pesawat pengintai RA-3B, platform agresor elektronik ERA-3B, dan versi intelijen elektronik EA-3B.
Sebagai sebuah pesawat tanker, KA-3B dan EKA-3B tidak hanya memungkinkan pesawat untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Vietnam Utara. Tanker ini juga memberi pesawat bahan bakar pesawat untuk kembali pulang dalam beberapa kasus setelah menderita kerusakan serius.
Sejarawan penerbangan Joe Baugher mencatat bahwa sebanyak 700 pesawat Angkatan Laut dan Korps Marinir mungkin telah diselamatkan oleh kemampuan tanker Paus ini.
Varian terakhir A-3 yakni, EA-3B masih terlibat dalam Operasi Badai Gurun pada tahun 1991 dengan VQ-2 sebelum mereka pensiun. Tetapi airframes E-3 masih terbang sebagai R&D for avionics sampai 2011. Tidak buruk untuk sebuah pesawat yang terbang pertama kali pada tahun 1952.
Baca juga: