Khawatir dengan Niat Korea Utara, Amerika Kirim Pesawat Pelacak Rudal ke Jepang
RC-135S Cobra Ball

Khawatir dengan Niat Korea Utara, Amerika Kirim Pesawat Pelacak Rudal ke Jepang

Sebuah pesawat pengintai Amerika yang memiliki misi khusus dalam pengawasan dan pengumpulan data mengenai rudal balistik telah tiba di Okinawa. Pesawat yang dikenal sebagai RC-135S Cobra Ball tersebut dikirim di tengah kekhawatiran Korea Utara mungkin berencana untuk melanjutkan peluncuran uji coba rudal.

Sebuah RC-135S Cobra Ball USAF mendarat di Pangkalan Udara Kadena pada Sabtu 30 Maret 2019 malam. Pesawat era Perang Dingin sepanjang 135 kaki itu diparkir di hanggar dan masih di Kadena hingga Selasa 2 April 2019.

Sebagaimana dilaporkan Stars and Stripes Korea Utara telah membangun kembali sebuah situs peluncuran di Sohae yang sebelumnya telah dibongkar sebagian sebagai bagian dari langkah pelucutan tahun lalu. Namun, penyebaran Cobra Ball juga bisa terkait dengan banjir di Pangkalan Angkatan Udara Offutt, Neb, di mana tiga pesawat Cobra Ball berbasis secara permanen.

Menurut situs USAF, semua Cobra Ball dioperasikan oleh Wing ke-55 Angkatan Udara Amerika dan diawaki oleh kru dari skuadron Pengintaian ke-45 dan ke-97.

Berdasarkan pantauan pelacakan penerbangan pesawat semoat berhenti di Eropa, Timur Tengah, Diego Garcia dan Indonesia sebelum tiba di Jepang.

Pejabat Kadena menolak untuk mengomentari penyebaran pesawat tersebut dengan alasan keamanan operasional.

Masashi Katsuren, juru bicara Biro Pertahanan Okinawa Jepang, yang mewakili Kementerian Pertahanan di Okinawa, mengatakan kepada Stars and Stripes bahwa mereka tidak diberitahu tentang keberadaan pesawat itu.

Penempatan Cobra Ball ke Okinawa terakhir dilakukan menjelang pertemuan puncak kedua antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Hanoi, Vietnam, pada bulan Februari 2019 lalu. Pertemuan gagal mencapai kesepakatan karena Amerika tidak mau mencabut sanksi yang diberikan kepada Pyongyang.

Reuters melaporkan minggu lalu bahwa Trump telah memberi Kim daftar tuntutan yang mencakup penyerahan senjata nuklir dan bahan bakar bom ke Amerika Serikat.

Korea Utara kemudian memperingatkan bahwa pihaknya mempertimbangkan untuk mengakhiri pembicaraan mengenai program nuklirnya dan membatalkan moratorium pengujian rudal. Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo bulan lalu mengatakan bahwa pemerintahan Trump mengharapkan Kim untuk menepati janji untuk tidak melakukan niatnya tersebut.

Cobra Ball menerbangkan misi atas nama Kepala Staf Gabungan dan dilengkapi dengan serangkaian sensor optik dan elektronik, media rekaman, dan peralatan komunikasi yang canggih.

“RC-135S adalah aset nasional yang secara unik mampu memberikan informasi penting kepada para pemimpin dan komunitas Amerika yang tidak dapat diperoleh oleh sumber lain,” katanya Angkatan Udara Amerika.

“Data ini sangat penting untuk verifikasi kepatuhan perjanjian senjata, dan pengembangan konsep pertahanan strategis Amerika dan pertahanan rudal.”

Awak Cobra Ball umumnya terdiri dari  minimal – dua pilot, seorang navigator, tiga perwira peperangan elektronik, dua insinyur sistem udara dan setidaknya dua spesialis misi udara.

Pesawat ini merupakan keluarga C-135 yang dimodifikasi pada tahun 1961 tetapi pertama kali diterbangkan dalam bentuk saat ini pada bulan Maret 1972.