Seperti dilaporkan sebelumnya sebuah pencegat berbasis darat atau Ground-Based Interceptor (GBI) Angkatan Udara Amerika berhasil menghancurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dalam sebuah tes yang dilakukan Senin 24 Maret 2019.
Badan Pertahanan Rudal mengatakan target ICBM diluncurkan dari Reagan Test Site di Kwajalein Atoll di Kepulauan Marshall, lebih dari 4.000 mil atau lebih dari 6.430 km jauhnya dari dua pencegat GBI, yang diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California.
Selama pengujian, sensor Ballistic Missile Defense System (BMDS) berbasis ruang angkasa, darat dan ) berbasis ruang angkasa, darat dan laut memberikan data target aktual dan pelacakan data ke Command, Control, Battle Management and Communication (C2BMC).
Ground-based Midcourse Defense (GMD) adalah salah sistem pertahanan rudal Amerika yang akan sangat diandalkan untuk mencegat serangan rudal antarbenua musuh. Tetapi sistem pertahanan ini mahalnya luar biasa yakni sekitar US$40 miliar atau sekitar Rp577 triliun.
Sayangnya Ground-based Midcourse Defense memiliki catatan yang tidak stabil. Dari 18 tes yang dilakukan sejak 1999, hanya 10 yang dinyatakan sukses (belum termasuk pengujian terakhir).
Pengujian sejenis dilakukan pada Mei 2017 lalu di mana GMD berhasil mencegat kelas ICBM yang diluncurkan dari Situs Uji Reagan di Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall. Ini menjadi pertama kalinya GMD mampu mencegat target kelas rudal antarbenua. Sementara pengujian yang dilakukan pada Minggu 24 Maret adalah yang pertama dilakukan dengan tembakan salvo menggunakan dua rudal.
Los Angeles Times melaporkan bahwa masalah pendorong terungkap dari hasil uji terbang pada bulan Januari 2016. Sebuah pencegat diluncurkan dari Vandenberg Air Force Base di California dalam sebuah tes yang dirancang untuk menunjukkan salah satu dari empat pendorongnya mati membuat interceptor itu keluar jalur.

Sistem ini berevolusi dari usaha bernilai miliaran dolar yang dimulai pada era Presiden Ronald Reagan pada tahun 1983 untuk solusi “Star Wars” terhadap ancaman rudal balistik selama Perang Dingin ketika Uni Soviet adalah satu-satunya kekhawatiran utama.
Beberapa sensor menyediakan target akuisisi dan pelacakan data ke sistem Command, Control, Battle Management and Communication (C2BMC).
Radar X-band Sea-based, yang berada di Samudra Pasifik, juga mengakuisisi dan melacak target tersebut. Sistem GMD menerima data pelacakan target dan mengembangkan solusi pengendalian tembakan untuk mencegat target. Bagaimana sebenarnya sistem ini bekerja? Mari kita lihat gambarannya.