Marinir Amerika Mulai Terbangkan Drone Kayu Lapis

Marinir Amerika Mulai Terbangkan Drone Kayu Lapis

Marine Corps Warfighting Laboratory dan DARPA Amerika terus menguji sebuah drone unik yang disebut sebagai  LG-1K. Drone yang dikembangkan oleh Logistic Glider Inc ini terbuat dari kayu dan bisa dilepaskan dari pesawat.

Kontrak diberikan kepada Logistic Glider sebagai bagian dari upaya untuk membuat drone yang sangat murah yang mampu dilepaskan dari pesawat atau helikopter sayap tetap. Drone dibuat dari kayu lapis dan aluminium dengan panjang 10,4 kaki dengan lebar sayap 23  kaki.

LG-1K dapat mengangkut hingga 700 lb barang persediaan dan sekarang telah diterbangkan setidaknya 12 misi yang menunjukkan kemampuannya untuk meluncur — dalam beberapa kasus secara mandiri — ke zona pendaratan dengan ketepatan GPS.

Drone didorong keluar dari bagian belakang pesawat atau dilepaskan dari sling load. Saat dilepas ke udara sayap drone terlipat tetapi segera berkembang setelah dia di udara.  LG-1K dapat terbang dengan kecepatan hingga 135 knot dan bisa diprogram untuk terbang ke titik arah tertentu untuk masuk ke medan yang sulit . Saat mendekati target, ia meluncurkan parasut pada ketinggian 200 kaki dan melakukan pendaratan.

Perusahaan mengharapkan drone ini kompatibel dengan tiltrotor MV-22 dan CV-22 Osprey, KC-130, C-130, dan C-17, dan helikopter MH-60, UH-60, CH-53, dan CH-47.

MV-22 Osprey, misalnya, dapat membawa hingga tiga drone, dan Aviation Week & Space Technology mengatakan C-130 dapat membawa sebanyak 18 pesawat, yang berpotensi memasok ulang banyak unit dengan penerbangan berlebih.

Drone, yang terbuat dari kayu lapis dan aluminium, dirancang agar murah dan dapat dibuang. Meski menggunakan bahan berteknologi sangat rendah, pesawat tak berawak ini juga menggabungkan sistem elektronik dan sistem kontrol yang memungkinkannya terbang dengan kendali jarak jauh atau secara mandiri ke satu set koordinat GPS yang telah diprogram.

Menurut Aviation Week & Space Technology dan dikutip Popular Mechanics Kamis 21 Maret 2019, Logistik Glider memperkriakan biaya setiap drone sekitar US$4.500 hingga US$ 11.000 atau sekitar Rp63 juta hingga Rp155 juta. Drone dapat digunakan untuk mendukung pasukan darat dalam perang seperti Afghanistan dan melawan ISIS dengan mengirimkan pasokan ke pasukan yang berpatroli mil dari pangkalan operasi.

Drone ini juga akan berguna terhadap ancaman kekuatan negara besar seperti Rusia atau China yang memiliki sistem pertahanan udara canggih. Dalam perang besar, pasukan darat Amerika terutama yang beroperasi di pulau-pulau kecil, dapat menemukan diri mereka cukup dekat dengan musuh untuk dilenyapkan melalui udara.

Sebuah pesawat yang memasok bisa terbang hingga ke tepi pertahanan udara musuh dan melepaskan drone suplai yang dapat melanjutkan sisa perjalanan tanpa menempatkan manusia dalam bahaya.