7 Agustus 1990 Amerika Serikat memulai Operasi Desert Shield. Sebuah penyebaran cepat pasukan AS ke Arab Saudi untuk memblokir pergerakan Saddam Hussein yang menyerang Kuwait pada 2 Agustus 1990. Dan setelah itu Amerika seperti terseret pada kutukan perang yang tidak berhenti sampai sekarang.
Ketika Irak menginvasi Kuwait, Angkatan Udara AS yang pertama tiba di tempat kejadian dengan menyebarkan jet tempur F-15 Fighter Wing ke 1 di Langley AFB, Va. Mereka langsung melakukan patroli tempur udara untuk mencegah pesawat Irak memasuki wilayah udara Saudi dan menggertak pasukan Irak untuk tidak mencoba merebut negara lain di Teluk Persia. Jet-jet tempur lain bergabung seperti F-15C milik USAF yang berbasis di dari Bitburg AB, Jerman, F-15E dari Seymour-Johnson AFB, NC, dan F-16 dari Shaw AFB, SC.
Pada bulan November 1990, penumpukan kekuatan ditambah ketika Presiden George HW Bush memutuskan untuk membalikkan invasi Irak ke Kuwait, mengakibatkan penyebaran ratusan pesawat USAF, serta pasukan dari layanan AS lainnya dan selusin negara-negara koalisi. Nama operasi pun diganti dengan nama Desert Storm pada 17 Januari, 1991.
Angkatan Udara terus bertempur tanpa henti sejak saat itu. Mereka mempertahankan blokade udara Irak pada 1991-2003. Ketika terlibat dalam beberapa operasi serangan udara di Irak Angkatan Udara AS juga terlibat dalam dua perang di Balkan selama periode itu.
Seperti diketahui pada Oktober 2001, Amerika menginvasi Afganistan untuk mengalahkan al-Qaeda dan Taliban, tetapi hanya sedikit kemajuan yang dibuat setelah lebih dari 17 tahun perang.
Belum selesai dengan Afghanistan, pada Maret 2003, Amerika menyerang Irak dan menggulingkan rezim Saddam Hussein dengan dalih bahwa rezim itu memiliki senjata pemusnah massal, terutama senjata nuklir. Tuduhan yang tidak pernah terbukti. Amerika kemudian menarik pasukannya keluar dari Irak pada tahun 2011 meninggalkan negara yang semula damai itu hancur berantakan. Namun pada 2014 Amerika kembali ke Irak untuk melawan ISIS.
Pakistan sesungguhnya juga medan perang bagi Amerika. Sejak 9/11, Amerika telah melakukan ratusan serangan pesawat tak berawak di Pakistan dan menggunakan negara itu sebagai tempat pementasan militer – tetapi Islamabad telah dituduh menyembunyikan teroris juga.
Dari 76 negara di mana Amerika saat ini melakukan perang (baik terbuka atau diam-diam), setidaknya tiga telah sangat mematikan yakni Irak, Afghanistan dan Pakistan.
Costs of War Project Universitas Brown baru-baru ini merilis laporan yang menjelaskan betapa mematikannya ketiga medan perang ini terlihat dari banyaknya korban jiwa baik militer maupun sipil.
Dalam laporan yang dirilis 2018 lalu dirinci tentang data kematian di Afghanistan dan Pakistan antara Oktober 2001 dan Oktober 2018, dan di Irak antara Maret 2003 dan Oktober 2018. Dari tiga medan perang ini 500.000 orang lebih tewas baik tentara maupun sipil.
Di Irak korban meninggal diperkirakan antara 267.792 – 295.170 orang. Afghanistan 147.124 kematian dan Pakistan 64.942 kematian.
Perang-perang ini juga telah menguras uang Amerika. Data yang diterbitkan oleh Brown University’s Costs of War Project menyebutkan sampai akhir September 2017, perang Amerika Serikat di Irak, Afghanistan, Pakistan dan Suriah telah menghabiskan dana lebih dari US$4,3 triliun atau sekitar Rp57.334 triliun (Rp57,3 biliun). Jumlah diperkirakan akan meningkat menjadi US$5,6 triliun atau sekitar Rp74.667 triliun (Rp74.7 biliun). Sampai kapan kamu akan terus perang wahai Amerika?