Site icon

India Bergerak Lambat, Pakistan Bisa Kurangi Kesenjangan Kekuatan Udara

JF-17 Pakistan

Konflik singkat antara India dan Pakistan yang melibatkan pertempuran udara beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa New Delhi jelas kedodoran dalam membangun angkatan udara mereka. Akuisi yang lamban membuat Pakistan secara pelan namun mantap mengurangi kesenjangan kekuatan mereka.

Saat India masih berjuang untuk meningkatkan armada pesawat tempurnya tetapi semua berjalan dengan lambat. Ciri India memang tidak pernah bisa cepat dalam mengakuisi senjata.

Angkatan Udara India saat ini memiliki 33 skuadron tempur. Jika dilihat dari angka ini memang masih unggul dibandingkan Pakistan yang memiliki 25 skuadron, termasuk untuk pelatihan. Skuadron biasanya memiliki 16 sampai 18 jet tempur.

Tetapi jika dilihat dari rasio tempur maka jaraknya semakin menyempit. Rasio tempur India dan Pakistan saat ini mencapai 1,3 banding 1.  Angka ini turun signifikan dari tahun 1980an yang mencapai 3:1. Sementara lima tahun  lalu berada pada angka 1,6-1.

Marshal Fali Major, yang memimpin Angkatan Udara India pada 2007-2008 pernah mengatakan  bahwa perbandingan squadron-to-squadron tidak adil. “Yang lebih penting adalah berapa banyak pesawat yang tersedia untuk misi pada waktu tertentu. Kemampuan servis IAF jauh lebih baik daripada Angkatan Udara Pakistan, “katanya.

Angkatan Udara India berharap dapat memperkuat unit tempurnya dengan induksi pesawat tempur ringan Tejas, lebih banyak pesawat tempur Sukhoi-30an, pesawat tempur Rafale, pesawat tempur generasi kelima  (FGFA) dan mungkin pesawat tempur ringan yang  dibangun di India bekerja sama dengan pemain asing.

Su-30MKI India

Tetapi rencana itu telah membentur banyak rintangan. Nasib FGFA nampak tidak pasti. Meski sebuah panel pemerintah menyampaikan laporannya mengenai kelangsungan program multi-miliar dolar untuk mengembangkan pesawat tempur stealth dengan Rusia, sumber IAF mengatakan bahwa keterbatasan anggaran bisa menjadi halangan serius terutama soal dana.

Ada pikiran di dalam Angkatan Udara INdia bahwa program FGFA terlalu mahal. Sebuah keputusan akhir akan diambil oleh pemerintah setelah panel  melakukan analisis biaya dan manfaat, menyampaikan laporannya.

Rencana untuk membangun jet tempur mesin tunggal bekerja sama dengan kontraktor  asing juga belum lepas landas.

Sebanyak 36 Rafale yang dipesan dari Prancis setelah penundaan yang lama juga tidak sesuai dengan kebutuhan asli  Angkatan Udara India yang mencapai 126 pesawat tempur kelas menengah.

Beberapa hari sebelum dia pensiun pada bulan Desember 2016, mantan kepala IAF Arup Raha mengatakan bahwa 36 pesawat tempur Rafale yang dipesan seharga US$ 8,7 miliar tidak cukup dan India memerlukan setidaknya 200 jet tempur untuk mempertajam sisi militernya.

Rafale, yang dilengkapi dengan senjata terbaru dan disesuaikan untuk kebutuhan India, akan dikirim ke Angkatan Udara India antara tahun 2019 dan 2022.

Armada Angkatan Udara India memiliki 14 skuadron pesawat tempur MiG-21 dan MiG-27 yang akan dipensiun secara bertahap pada 2024. IAF telah memerintahkan 123 pesawat Tejas yang akan dikirimkan pada 2025, jika semuanya berjalan sesuai rencana.

Jet tempur seperti Rafale, Su-30, dan Mirage-2000 akan menjadi kekuatan yang diunggulkan untuk melawan jet tempur Pakistan.

Pesawat Angkatan Udara Pakistan seperti F-7 dan Mirage mungkin tidak relevan hari ini. Dari segi teknologi, mereka tidak seimbang India. Tetapi Angkatan Udara Pakistan mengoperasikan lebih dari 80 F-16, termasuk blok F-16A / B Block 15 yang dibeli dari Yordania.

Armada Pakistan terdiri dari pesawat tempur F-16A / B yang lebih tua, yang sekarang ditingkatkan menjadi standar Block 52 di Turki. Mereka  juga memiliki 18 pesawat F-16C / D Block 50/52.

Pakistan juga memiliki  JF-17 Thunder yang sekelas dengan Tejas. Dikembangkan bersama dengan China, Angkatan Udara Pakistan memiliki hampir 90 JF-17 dalam armadanya.

Pensiunan Air vice-marshal Manmohan Bahadur  Manmohan Bahadur  mengatakan bahwa India harus bertindak cepat untuk mempertahankan superioritas atas PAF yang secara tradisional dinikmati selama ini.

“Angkatan Udara India telah menyampaikan urgensinya kepada pemerintah dan mereka mengerti. Kami lamban tapi jika induksi yang direncanakan berjalan lancar, tidak ada banyak yang perlu dikhawatirkan, “kata Bahadur, peneliti di  di Center for Air Power Studies yang berpusat di New Delhi.

Exit mobile version