Sekelompok pesawat pengintai taktis Amerika Serikat kembali ke pangkalan mereka di Pyeongtaek, Provinsi Gyeonggi Korea Selatan setelah menghabiskan 40 hari di Jepang.
Pesawat mata-mata U-2 sebenarya sering terbang ke Jepang ketika mereka berlatih dengan Angkatan Udara Amerika, tetapi penyebaran kali ini menghabiskan lebih dari 40 hari dan mereka tidak berpartisipasi dalam latihan apa pun.
“Empat U-2 kembali ke Pangkalan Udara Osan hari ini setelah dikerahkan sementara di Pangkalan Udara Kadena di Okinawa sejak 23 Januari,” kata seorang pejabat pemerintah Korea Selatan Kamis 7 Maret 2019 sebagaimana dikutip media Korea Selatan The Chosunnilbo.
“Mereka mengumpulkan intelijen tentang Korea Utara dari sana sambil berpartisipasi dalam kegiatan intelijen militer Amerika di seluruh Asia Timur.”
Misi utama pesawat ini ditempatkan di Korea Selatan memang untuk memantau dan mengambil gambar berbagai target di Utara dari ketinggian 15.000 m.
Namun U-2 mampu melakukan pengawasan optik hanya dalam radius sekitar 100 km, yang berarti tidak mungkin untuk memata-matai Utara dari Jepang.
Media Jepang berspekulasi hubungan antara penyebaran mereka di Jepang dengan penghapusan latihan militer skala besar Korea Selatan-Amerika..
Beberapa berspekulasi bahwa militer Amerika dapat mengurangi jumlah intelijen yang akan dibagi dengan Korea Selatan.
“Tidak biasa pesawat mata-mata Amerika di Korea Selatan berada jauh dari Semenanjung Korea selama beberapa bulan,” kata seorang peneliti dari think tank yang didanai pemerintah Korea Selatan. “Ini adalah tanda yang sangat mengkhawatirkan pada saat latihan militer gabungan dibatalkan dan spekulasi tersebar luas tentang aliansi Seoul-Washington.”
U-2 menjadi pesawat mata-mata legendaris era Perang Dingin. U-2 juga menjadi pesawat mata-mata tertua yang dimiliki Amerika. Pesawat mata-mata pertama kali dirancang selama pemerintahan Eisenhower. Ada 33 versi terbaru dari jet yang masih terbang hari ini.
Kisah U-2 paling dikenal adalah ketika ditembak jatuh di atas Uni Soviet pada tahun 1960 dan menangkap pilotnya Francis Gary Powers. Pilot ini kemudian dibebaskan dengan pertukaran tawanan dengan Soviet hampir dua tahun kemudian.