F-22, Kisah Panjang Siluman Raptor
USAF

F-22, Kisah Panjang Siluman Raptor

US Air Force F-22 Raptors arrive at Osan AB

Angkatan Udara Amerika berencana untuk terus menerbangkan jet tempur F-22 Raptor hingga 2060. Rencana ini tentu tidak mudah karena mereka harus menjamin Raptor akan terus menjadi unggul di tengah perkembangan teknologi jet tempur dan senjata yang semakin canggih.

Angkatan Udara dan Lockheed Martin sekarang telah memvalidasi beberapa senjata baru yang akan digunakan untuk melengkapi kekuatan F-22 Raptor. Senjata baru ini akan membuat jet tempur siluman tersebut meningkatkan kemampuan serangan presisi jarak jauh, bidang pandang serangan yang lebih luas dan teknologi jaringan baru yang memungkinkan penargetan kolaboratif secara realtime dengan pesawat lain.

Dua senjata baru, yang telah diuji dan dikembangkan selama beberapa tahun sekarang, adalah varian canggih rudal udara ke udara AIM-9X dan AIM 120-D. Varian tercanggih dari dua senjata ini diharapkan akan beroperasi tahun depan.

AIM-9X baru akan memberi pilot kemampuan untuk menyerang target lebih jauh. Bekerja dengan berbagai helmets and display systems, pengembang Lockheed telah menambahkan kemampuan penargetan “off-boresight” yang memungkinkan pilot untuk menyerang musuh dari berbagai sudut pandang baru.

“Ini adalah rudal yang lebih lincah dengan pencari yang lebih baik dan bidang pandang yang lebih baik. Anda bisa menembak ke belakang Anda. Jika musuh berada di belakang saya dalam pertarungan jarak dekat, saya memiliki penargetan yang tepat di pesawat untuk menembak mereka, ”kata Ken Merchant, Wakil Presiden, F-22 Lockheed, kepada Warrior Maven dalam sebuah wawancara.

Raytheon yang mengembangkan AIM-9X mengatakan kepada Warrior Maven bahwa varian Block 2 menambahkan bahan bakar yang didesain ulang dan perangkat pengaman penembakan digital yang meningkatkan kemudahan penanganan darat dan keselamatan di pesawat.

Raytheon juga mengatakan Block II juga memiliki fitur elektronik terbaru yang memungkinkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan mengunci setelah-peluncuran menggunakan datalink baru untuk mendukung serangan di luar jangkauan jangkauan visual.

Bagian lain dari upgrade senjata termasuk rekayasa F-22 untuk menembakkan rudal luar visual AIM-120D Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile (AMRAAM) yang dirancang untuk serangan dalam segala cuaca baik siang maupun malam. Senjata ini memiliki kemampuan ‘fire and forget’ dengan panduan radar transmisi aktif.

Raytheon menjelaskan.AIM-120D dibangun dengan upgrade dari rual AMRAAM sebelumnya dengan meningkatkan jangkauan serangan, navigasi GPS, unit pengukuran inersia dan link data dua arah

“AIM-120D baru menggunakan pencari yang lebih baik dan lebih bermanuver dengan penanggulangan yang lebih baik,” kata Ken Merchant.

Ketika Angkatan Udara dan Lockheed Martin bergerak untuk memperluas kemampuan F-22, tentu saja ada kebuthan untuk meng-upgrade perangkat lunak dan sensor on-board untuk menyesuaikan dengan ancaman masa depan yang muncul.

Daya bunuh F-22 juga semakin ditingkatkan melalui integrasi konektivitas dengan data dua arah LINK 16 yang akan membantu mempercepat “penargetan kolaboratif”  secara real-time.

“Kami telah menerima LINK 16, tetapi kami belum dapat berbagi apa yang ada di Raptor secara digital. Kami masih melakukan dengan suara, ”jelas Merchant.

Memiliki kemampuan digital untuk mengirim data dengan cepat akan sangat penting karena mengurangi risiko jamming atau penyadapan.

F-22 juga memiliki teknologi baru yang disebut Synthetic Aperture Radar, atau SAR, yang menggunakan sinyal elektromagnetik atau “ping” untuk memberikan gambar atau rendering medan  darat yang memungkinkan identifikasi target yang lebih baik.

Teknologi SAR mengirim ping ke tanah dan kemudian menganalisa sinyal kembalinya untuk menggambarkan kontur, jarak dan karakteristik dari daratan.

F-22 juga dikenal dengan teknologi “super cruise” -nya yang memungkinkan jet tempur mencapai kecepatan 1.5 Mach tanpa perlu menyalakan afterburner. Hal ini memungkinkan siluman tersebut melakukan perjalanan lebih cepat dan lebih jauh dengan lebih sedikit bahan bakar. Sebuah kemampuan penting guna memperluas waktu untuk misi tempur.

Jet tempur menembakkan meriam 20mm dan memiliki kemampuan untuk membawa dan menembakkan semua senjata udara ke udara dan udara ke darat termasuk bom presisi dipandu seperti Joint Direct Attack Munitions  yang disebut GBU 32 dan GBU 39.

Jet tempur juga menggunakan apa yang disebut radar penerima peringatan  dengan database yang dapat diperbarui yang disebut “file data misi” dirancang untuk mengenali berbagai jet tempur musuh. Teknologi ini juga digunakan F-35.

Dibangun oleh Lockheed Martin dan Boeing F-22 menggunakan dua mesin turbofan Pratt & Whitney F119-PW-100 dengan afterburner dan dua thrust vectoring noze. Peawat ini memiliki tinggi 16 kaki dan panjang 62 kaki serta berat 43.340 pound dan berat lepas landas maksimumnya adalah 83.500.