Suka atau tidak suka harus diakui F-22 Raptor adalah jet tempur dengan kemampuan paling lengkap saat ini. Teknologi siluman, kemampuan manuver tajam, pengembangan teknologi lebih lanjut telah membawa Raptor semakin sulit untuk disaingi bahkan oleh jet tempur generasi kelima yang lahir setelahnya.
Jet tempur ini melakukan debut pertamanya di medan tempur pada 2014 atau hampir sembilan tahun setelah diperkenalkan. Raptor bergabung dengan sejumlah jet tempur lain untuk membuka serangan pada ISIS di Suriah.
Pesawat ini lahir pada puncak peran Perang Dingin ketika Angkatan Udara Amerika merasa perlu untuk memiliki pesawat tempur yang memiliki keunggulan mutlak terhadap pesawat dari Negara Tirai Besi. Mereka menyadari jet tempur terbaru Soviet yakni Su-27 mampu mengimbangi pesawat tempur mereka, dan Amerika tidak ingin hal itu terjadi terlalu lama.
USAF tidak lagi sudi menatap pesawat tempur generasi keempat, dan mengarahkan pandangannya lebih jauh ke jet tempur generasi kelima. Pesawat dengan teknologi siluman, radar canggih, superioritas udara, senjata mematikan. Pokoknya tidak terkalahkan. Dan inilah awal dari kelahiran F-22 Raptor, pesawat tempur paling mematikan yang ada di dunia saat ini.
Pada tahun 1981 ketika USAF merasa bahwa F-15 yang baru saja dilantik membutuhkan pengganti dengan pesawat yang lebih kuat lagi. Hal ini tidak terlepas dari fakta pesawat ini dipecundangi oleh Su-27 dalam sebuah simulasi pertempuran. Untuk mengetahui tentang ini silahkan baca artikel tentang melacak asal usul Flanker.
Angkatan Udara Amerika segera menyadari baik Eagle maupun Fighting Falcon akan menjadi pesawat usang pada awal abad ke-21.
Akhirnya pada bulan Juni 1981, Angkatan Udara mengeluarkan permintaan informasi resmi untuk pesawat tempur generasi berikutnya yang dikenal dengan program Advanced Tactical Fighter (ATF).
Persyaratan ATF dibuat untuk memberikan USAF, sebuah jet tempur tak tertandingi yang akan lebih baik daripada Su-27 dan MiG-29. Mereka ingin pesawat tempur baru mereka ‘tak terlihat’ oleh radar musuh sampai setidaknya musuh terlambat untuk bereaksi.
Pada tahun 1984, persyaratan akhir dari ATF diumumkan yang terdiri dari:
- Teknologi siluman
- Badan pesawat terbuat dari paduan bahan komposit dan ringan
- Kemampuan untuk menggunakan landasan pacu dengan panjang 610 m (kemudian diubah menjadi 910 m)
- Maksimum berat take-off 23.000 kg
- Radius tempur 1.300 km
- Kecepatan supercruise Mach 1,4-1,5
- Mesin dengan daya lebih tinggi dibandingkan dengan mesin F-15

Tak Mungkin Dibangun Perusahaan Tunggal
Teknologi siluman bukan hal yang baru bagi USAF karena sebelumnya mereka telah mengoperasikan F-117. Tapi ini adalah pertama kalinya dalam sejarah penerbangan akan ada pesawat tempur siluman operasional dibangun (F-117 adalah pesawat serang).
Dua kandidat yang bersaing ketat dalam program ini adalah Northrop dan Lockheed yang memiliki pengalaman dalam merancang dan membangun pesawat canggih.
Namun, ini adalah program multi miliar yang tidak ada satupun perusahaan mampu ntuk menjalankan sendiri baik dari sisi investasi maupun kemampuan sumber daya manusia. Dijamin jika ada perusahaan tunggal yang mengajukan desain maka pasti akan ditolak karena Pentagon tidak akan mempercainya dia mampu menjalankan sendiri. Oleh karena itu mereka bermitra dengan perusahaan penerbangan besar lainnya untuk berbagi beban kerja dan pendanaan.
Ada 2 konsorsium akhirnya terbentuk. Tim Lockheed memimpin Boeing dan General Dynamics sementara Northrop memimpin tim yang terdiri dari McDonnell Douglas sebagai mitra mereka. Karena semua perusahaan-perusahaan ini memiliki sejumlah besar pengalaman dan fasilitas tinggi, mereka tidak kesulitan dalam merancang dan membangun pesawat tempur siluman.
Rencana USAF pada waktu itu adalah untuk membeli 750 jet tempur tersebut. Angkatan Laut AS menunjukkan minat program ini dan menyatakan keinginan mereka untuk mendapatkan 546 pesawat kinerja tinggi untuk armada operator mereka. Program ini ditunjuk sebagai Naval Advanced Tactical Fighter untuk menggantikan armada mereka F-14 Tomcat.

Lockheed kemudian mengembangkan YF-22 sebagai prototipe mereka. Mereka pergi dengan pendekatan konvensional untuk tata letak sayap dan ekor yang awalnya didasarkan pada F-117, tapi desain itu berubah menjadi desain yang ada sekarang ini.
Pesawat generasi kelima ini memiliki tata letak sayap dan sirip ekor konvensional dengan modifikasi untuk mengurangi reflektifitas radar. YF-22 adalah pesawat yang dibangun dengan kemampuan manuver tinggi dan siluman yang dirancang untuk menghantam para supermanoeuverable Flanker di pertempuran udara.

Sementara Northrop mengembangkan YF-23 sebagai prototipe mereka. Pesawat ini menggunakan desain yang sangat futuristik yang membuatnya terlihat aneh seperti SR-71 Blackbird. YF-23 telah dioptimalkan untuk kecepatan tinggi dan lebih stealthier dari YF-22.
Pesawat memiliki sayap berbentuk berlian dan stabilator berbentuk V (stabilizer sepenuhnya bergerak). Pesawat ini menggunakan featured fixed engine nozzles tidak thrust vectoring yang mengurangi kemampuan manuver dibandingkan dengan saingannya.
Dua pesawat kemudian menjalani pengujian yang ketat di mana Lockheed memastikan bahwa YF-22 lebih melebihi persyaratan kinerja untuk pesawat prototipe dan bahkan untuk menembakkan rudal AIM-9 dan AIM-120 AAM. Akhirnya pada tanggal 23 April 1991, YF-22 dinyatakan sebagai pemenang, dan USAF memilih mesin Pratt & Whitney YF-119 untuk daya dorong pesawat itu.

USAF awalnya ingin memiliki 750 jet tempur, namun jumlah yang secara drastis dikurangi akibat dari berakhirnya Perang Dingin dan fakta bahwa ternyata F-16 dan F-15 menunjukkan kinerja yang sangat baik 16 dalam pertempuran. Pengurangan jumlah berlangsung beberapa tahap:
- 750 Pesawat – 1981
- 648 Pesawat – 1996
- 339 Pesawat – 1997
- 277 Pesawat – 2003
- 183 Pesawat – 2004
Jumlah akhir yang diputuskan adalah 187. Produksi dimulai pada tahun 1996, dan F-22 Raptor terakhir disampaikan kepada Angkatan Udara AS pada 2 Mei 2012. Ini merupakan satu-satunya jet tempur generasi kelima yang ada dalam layanan sebelum F-35B bergabung dengan Korps Marinir tahun 2014 lalu.