Singapura telah memutuskan untuk membeli jet tempur F-35 buatan Amerika. Media Amerika menyebut keputusan itu ditujukan untuk menghadapi China, namun pengamat lain menyebut hal yang berbeda.
Para pengamat pertahanan China menilai keputusan Singapura membeli jet tempur F-35 bukan merupakan ancaman terhadap negara berpenduduk terbanyak di dunia itu.
Menurut mereka keputusan Singapura tersebut tidak mengejutkan mengingat negara itu telah 30 tahun mengimpor jet tempur canggih buatan Amerika dan rencana pembelian F-35 itu hanya merupakan program lanjutan strategi pertahanan nasional negara kecil yang memiliki peralatan militer canggih itu.
“Saya pikir hal itu [pembelian F-35] tidak ditujukan kepada China,” kata Direktur Eksekutif “China Center for Collaborative Studies of the South China Sea” Nanjing University, Zhu Feng, dikutip Global Times Senin 11 Maret 2019.
Pernyataan tersebut menanggapi pemberitaan media Amerika bahwa keputusan Singapura mengindikasikan peningkatan perhatian atas ambisi regional China sehingga Beijing sudah seharusnya memandang rencana pembelian F-35 tersebut sebagai bukti masih adanya desakan kuat kehadiran AS di kawasan Asia-Pasifik. Analisis media Amerika itu disebut konyol.
Kalau rencana pengadaan jet tempur baru oleh Singapura itu ditujukan kepada China, kenapa di dalam daftar pembelian terdapat opsi J-20 (buatan China)? tanya seorang pengamat militer China yang tidak ditulis namanya oleh Global Times.
Tidak masuk akal mengaitkan pembelian jet tempur itu dengan “pesan terhadap China” karena jet-jet tempur di empat negara yang merupakan sekutu utama AS di wilayah Asia-Pasifik itu sejak semula memang diimpor dari Amerika, tambah pengamat tersebut.
Menurut dia, pesawat-pesawat tempur tua milik Jepang, Korea Selatan, dan Australia sudah lewat masanya dan mereka membutuhkan pembaruan dan rencana Singapura itu wajar dalam upaya memperbarui alutsistanya.
Meskipun demikian, para pakar China juga mengingatkan bahwa penyebaran satuan F-35 di negara-negara sekutu Amerika memberikan keuntungan tersendiri bagi negara adidaya itu dalam menjalankan operasi di kawasan Asia-Pasifik.
Hal itu sekaligus memberikan tantangan terhadap pertahanan udara China di Laut China Selatan, yang sampai saat ini menjadi sengketa antara China dan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
Terkait dengan jaringan informasi militer Amerika , para pakar mencatat bahwa meskipun sekutu-sekutu utama Amerika tidak terlibat dalam peperangan, mereka tetap bisa berbagi berbagai jenis informasi dengan Amerika.
Pada awal Maret, Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengumumkan rencana pembelian 12 unit pesawat tempur jenis F-35.
Pesawat satu kursi dan bermesin tunggal buatan Lochkeed Mertin itu dirancang tahan segala cuaca. Pesawat tempur generasi kelima tersebut mampu menjalankan misi serangan darat dan superior di udara.
Pesawat tempur jenis J-20 buatan China, yang masuk dalam daftar opsi Singapura, juga berkursi tunggal, namun bermesin ganda. Pesawat tempur generasi kelima yang dikembangkan di Chengdu untuk mendukung Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China itu juga dirancang tahan dalam segala cuaca.