Meski sudah digunakan selama 25 tahun, Angkatan Udara Diraja Malaysia meyakini jet tempur Hawk merekea masih relevan dalam menjalankan peran utamanya menjaga kedaulatan ruang udara negara.
Kepala Staf Angkatan Udara Malaysia Tan Sri Affendi Buang mengatakan bahwa pesawat itu bisa bertahan selama 10 tahun dengan beberapa perbaikan, terutama dalam sistem dan teknologi.
“Meskipun, pesawat ini sudah berusia 25 tahun, upaya dari semua tingkatan dalam RMAF telah mengubah pesawat menjadi salah satu platform untuk mempertahankan kedaulatan ruang udara negara kita,” katanya sebagaimana dilaporkan The Sun Daily.
“Memang, ada kebutuhan untuk meningkatkan 19 pesawat yang ada di seluruh Malaysia, tetapi itu tergantung pada sumber daya keuangan nasional,” katanya kepada wartawan setelah meluncurkan perayaan Ulang Tahun Perak Pesawat Hawk di Pangkalan Udara Butterworth.
Sebelumnya, Affendi naik pesawat Hawk 108 dari Subang, Selangor, diterbangkan oleh komandan Skuadron 6 Letnan Kolonel Mohammad Syagol Abdul Hamid ke Pangkalan Udara Butterworth, disertai dengan pesawat Hawk 108 lainnya.
Affendi mengatakan bahwa selama 25 tahun pelayanannya, pesawat Hawk telah dioperasikan oleh tiga skuadron, yaitu Skuadron 6, Skuadron 9 dan Skuadron 15.
Di antara operasi terbesar yang melibatkan pesawat ini adalah Ops Daulat pada Maret 2013 di mana lima pesawat Hawk ditugaskan untuk melancarkan serangan udara di tempat persembunyian ilegal para teroris di Lahad Datu, Sabah.
“Skuadron 6 juga telah dipindahkan ke Pangkalan Udara Labuan dari Pangkalan Udara Kuantan setelah Ops Daulat. Transfer ini untuk memperkuat pertahanan nasional di Sabah dan Sarawak, ”katanya.
Menurutnya, pesawat Hawk juga digunakan sebagai pesawat pelatihan lanjutan untuk transisi sebelum pilot menerbangkan pesawat tempur cepat. Pelatihan ini dilakukan oleh Skuadron No. 15 di Pangkalan Udara Butterworth.
Hawk mulai terbang dengan Angkatan Udara Malaysia pada 15 April 1994 setelah diterimanya dua pesawat pertama melalui kesepakatan antara Malaysia dan Inggris 10 Desember 1990.
Pada saat itu, Malaysia setuju untuk mendapatkan layanan 10 Hawk 108 dan 18 Hawk 208. Pesawat diterima secara bertahap dengan dua pesawat dikirim setiap bulan.