China mengumumkan kenaikan 7,5 persen untuk pengeluaran militer pada 2019. Meski demikian peningkatan ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Beijing akan menghabiskan 1,19 triliun yuan atau sekitar Rp 2.508 triliun untuk pertahanan pada tahun 2019, setelah meningkatkan pengeluarannya sebesar 8,1 persen menjadi 1,11 triliun yuan pada tahun 2018. Kenaikan itu disampiakn dalam sebuah laporan pemerintah yang disajikan pada awal pertemuan tahunan National People’s Congress (NPC) Selasa 5 Maret 2019.
Pengeluaran militer China masih menempati posisi kedua setelah Amerika Serikat, yang menganggarkan US$ 716 miliar atau sekitar Rp10.100 triliun untuk pertahanan pada tahun 2019. Beijing belum membukukan peningkatan pengeluaran dua digit sejak 2015.
Pemerintah yang dipimpin Partai Komunis akan melakukan “upaya lebih lanjut untuk memastikan kesetiaan politik angkatan bersenjata,” kata Perdana Menteri Li Keqiang dalam pidatonya di depan hampir 3.000 anggota parlemen dan menekankan kepemimpinan absolut partai atas militer.
Li mengatakan pemerintah akan memperkuat pelatihan militer di bawah kondisi pertempuran, dan dengan tegas melindungi kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China.”
Peningkatan pengeluaran yang lebih rendah terjadi ketika ekonomi negara itu melambat, dengan pemerintah menetapkan target pertumbuhan yang lebih rendah yaitu 6,0-6,5 persen.
“Pengeluaran militer China dikoordinasikan dengan pertumbuhan PDB tahunan China,” kata James Char, seorang pakar militer di Universitas Teknologi Nanyang Singapura sebagaimana dikutip AFP.
“China memiliki prioritas nasional lain dan ekonomi nasional yang terlalu militeristik dapat merampas sumber daya yang sangat dibutuhkan pemerintah, seperti yang terjadi pada bekas Uni Soviet,” kata Char.
Presiden China Xi Jinping, yang telah bersumpah untuk mengubah PLA menjadi militer “kelas dunia” telah berulang kali meminta tentara untuk siap tempur.
“Taiwan wajar jika khawatir tentang kenaikan anggaran China, karena mereka bertepatan dengan sikap yang lebih agresif terhadap Taipei,” kata Barthelemy Courmont, peneliti Asia di Institute for Strategic and Foreign Relations di Paris.
China juga menghadapi klaim tumpang tindih di Laut China Selatan dari Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan. Beijing juga memiliki sengketa wilayah dengan Jepang di Laut China Timur.
Partai Komunis telah memfokuskan diri untuk mengejar ketinggalan teknologi dengan angkatan bersenjata di Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Perdana Menteri Li mengatakan China akan mempercepat upaya untuk melakukan inovasi dalam sains dan teknologi yang terkait dengan pertahanan.
China telah membangun kapal induk kedua dengan yang pertama telah melakukan uji coba laut dalam beberapa bulan terakhir saat ia bersiap untuk mengoperasikannya.
Beijing juga membangun kapal perusak, jet tempur, dan rudal balistik generasi baru dan juga penelitian sedang untuk pengembangan railgun elektromagnetik dan laser anti-satelit sedang dilakukan.
Meski pengeluaran militer Beijing jauh di belakang Amerika, masih jauh melebihi pengeluaran negara-negara lain. Menurut International Institute for Strategic Studies (IISS) pada tahun 2018, China menghabiskan lebih dari dua kali lipat pengeluaran terbesar ketiga, Arab Saudi (US$ 82,9 miliar), dan bahkan lebih dari Rusia (US$ 63,1 miliar) ) dan India (US$ 57,9 miliar).