Selama tiga minggu antara Desember 2018 dan Januari 2019, sistem milik Pemerintah Singapura terus menerus diserang oleh lebih dari 400 peretas. Anehnya, beberapa dari mereka justru mendapatkan hadiah yang totalnya mencapai US$11.750 atau sekitar Rp166 juta.
Ini memang tidak biasa, karena biasanya hacker yang menyerang sistem milik sebuah negara akan diburu hingga tertangkap.
Namun para peretas bukanlah penjahat. Sebaliknya, mereka adalah peretas ” white hat” (topi putih) menggunakan keterampilan mereka untuk menguji keamanan online di bawah tantangan peretasan dalam Program Government Bug Bounty.
Program yang dijalankan oleh Government Technology Agency (GovTech) dan Cyber Security Agency (CSA) tersebut merekrut peretas lokal dan luar negeri untuk menemukan kerentanan dalam lima sistem pemerintah yang dapat diakses melalui Internet.
Kementerian Pertahanan Singapura sebelumnya menjalankan program serupa. Untuk berpartisipasi, peretas topi putih harus didaftarkan dan kredensial mereka diperiksa oleh HackerOne, sebuah perusahaan karunia bug yang berbasis di Amerika yang ditunjuk untuk mengelola program.
The Straits Times sebagaimana dikutip Business Insider Senin 4 Maret 2019 melaporkan mereka juga harus menandatangani perjanjian untuk tidak membocorkan informasi tentang kerentanan yang mereka temukan.
Menurut pernyataan bersama dari GovTech, CSA dan HackerOne, seperempat dari peretas yang mendaftar berasal dari Singapura. Tujuh dari 10 peretas teratas dalam program itu juga berasal dari Singapura.
Secara total, 26 bug ditemukan setelah tiga minggu, kata pernyataan itu. Dari jumlah tersebut, tujuh dianggap memiliki tingkat keparahan rendah, 18 keparahan sedang, dan satu keparahan tinggi.
Total US$11.750 telah dibayarkan kepada para peretas yang menemukan 26 bug, dengan hadiah mulai dari US $ 250 hingga US $ 10.000, tergantung pada tingkat keparahan bug tersebut.
Menteri Senior Negara untuk Komunikasi dan Informasi Janil Puthucheary mengatakan di Committee of Supply Debate Senin 4 Maret 2019 bahwa ia senang pada tingkat partisipasi dari komunitas keamanan siber lokal dalam program tersebut. “Saya berharap beberapa peserta telah melamar pekerjaan di CSA,” tambahnya.
Pernyataan bersama menambahkan bahwa Pemerintah berencana untuk memperluas program untuk memasukkan lebih banyak sistem dan situs web.