Berbicara kepada wartawan di Manila Jumat 1 Maret 2019, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengatakan pembangunan pulau-pulau buatan dan aktivitas militer Beijing di Laut China Selatan mengancam “kedaulatan, keamanan dan mata pencaharian ekonomi Filipina, serta Amerika Serikat”.
“Karena Laut China Selatan adalah bagian dari Pasifik, setiap serangan bersenjata ke Filipina, pesawat atau kapal umum di Laut China Selatan akan memicu kewajiban pertahanan timbal balik berdasarkan Pasal 4 Perjanjian Pertahanan Bersama kami,” tegas Pompeo sebagaimana dilaporkan Sputnik.
Dia merujuk pada perjanjian Amerika-Filipina 1951 yang secara khusus mewajibkan kedua pihak untuk saling membantu jika terjadi serangan bersenjata di wilayah Pasifik pada salah satu pihak.
Pernyataan Pompeo datang beberapa minggu setelah Beijing dilaporkan pada Februari lalu mengerahkan armada hampir 100 kapal, termasuk kapal penjaga pantai, ke Pulau Thitu, salah satu dari beberapa pulau yang disengketakan di Laut China Selatan, untuk menghentikan upaya pemerintah Filipina melakukan pekerjaan konstruksi di daerah tersebut.
Terlepas dari China dan Filipina, serentetan negara lain, termasuk Brunei, Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan telah bersaing memperebutkan bagian Laut China Selatan, jalur air yang strategis dan penting secara ekonomi di mana sekitar US$ 5 triliun nilai perdagangan global melewati jalur itu setiap tahun.
China mengendalikan sebagian besar pulau, terumbu karang, dan laut di wilayah ini dan sedang membangun sejumlah pulau buatan dalam upaya untuk menopang klaimnya. Beijing bersikeras untuk menegosiasikan masalah ini di tingkat regional, sementara Amerika telah memprakarsai misi navigasi kebebasan laut untuk menentang klaim China