Kementerian Pertahanan Inggris akhirnya mengkonfirmasi bahwa pasukan khusus Special Air Service (SAS) mereka telah mengambil bagian dalam perang melawan ISIS.
Penempatan pasukan darat ini bertolak belakang dengan keputsan parlemen pada Desember 2015 yang hanya menyetujui serangan udara dan jaminan pemerintah “tidak akan mengerahkan pasukan Inggris dalam operasi pertempuran darat di dalam wilayah Suriah.”
Pengakuan itu datang sebagai tanggapan atas permintaan kebebasan informasi tentang kematian seorang prajurit SAS, Sersan Matt Tonroe, yang terbunuh bersama dua tentara Amerika di Suriah pada Maret tahun lalu.
Sebagaimana dilaporkan The Times Inggris, pasukan darat Inggris beroprasi bersama pasukan negara lain dan melepaskan atribut Inggris.
“Pasukan Inggris yang tergabung dalam angkatan bersenjata negara lain beroperasi seolah-olah mereka adalah personel negara tuan rumah, di bawah rantai komando negara itu,” kata kementerian itu.
Sebelumnya muncul laporan SAS juga melakukan serangan terhadap posisi yang dikuasai ISIS di dekat desa al-Shaafa di Suriah timur. Menurut informasi yang tersedia pasukan serangan SAS terdiri dari sekitar 30 orang, termasuk pasukan serang dan penembak jitu.
Pasukan elite ini mengepung ISIS yang sama sekali tidak sadar dan ketika serbuan dilakukan SAS berhasil membunuh sekitar 20 pejuang ketika mereka berusaha melarikan diri dari medan perang dengan kendaraan.
Kementerian Pertahanan Inggris tidak mau berkomentar tentang serangan tersebut. Operasi itu merupakan serangan balas dendam atas luka serius yang dialami dua personel SAS akibat serangan mortir ISIS pada awal Januari. Meski dalam kondisi kritis, kedua pasukan komando Inggris diperkirakan akan selamat.