Rusia mengklaim punya bukti bahwa Amerika sedang bersiap untuk memindahkan pasukan khusus dan senjata mereka ke dekat Venezuela. Sebuah langkah yang disebut Moskow akan sangat berbahaya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan provokasi Amerika Serikat di Venezuela, jika diimplementasikan, akan secara dramatis meningkatkan tingkat ketegangan dan konfrontasi di dunia.
“Perkembangan peristiwa di Venezuela telah mencapai titik kritis, semua orang memahami hal ini. Pada 23 Februari akan provokasi skala besar yang berbahaya terjadi, dihasut oleh penyeberangan yang dipimpin oleh Washington di perbatasan Venezuela dengan apa yang disebut konvoi kemanusiaan, yang dapat mengarah pada bentrokan antara pendukung dan lawan dan akan menjadi alasan untuk tindakan militer guna menggulingkan presiden yang sah saat ini ,” kata Zakharova sebagaimana dikutip Sputnik Jumat 22 Februari 2019.
Zakharova juga mengatakan Amerika berencana untuk mentransfer senjata dan pasukan khusus ke dekat Venezuela.
“Kami memiliki bukti bahwa perusahaan-perusahaan Amerika dan sekutu-sekutu NATO sedang berusaha memperoleh sejumlah besar senjata dan amunisi di sebuah negara Eropa Timur untuk selanjutnya ditransfer ke pasukan oposisi Venezuela,” katanya dalam konferensi pers.
Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan di negara Amerika Latin itu sehubungan dengan situasi dengan bantuan kemanusiaan Amerika.
Sebelumnya pada bulan Februari, oposisi Venezuela menyatakan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan Amerika ke Venezuela akan dimulai pada 23 Februari. Pemerintah Nicolas Maduro bermaksud untuk mencegah agar bantuan tidak dipasok ke negara itu. Presiden mengecam langkah Amerika itu sebagai upaya untuk menggulingkannya.
Pada 21 Februari, pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido, bersama dengan anggota parlemen oposisi, berangkat ke perbatasan negara itu dengan Kolombia untuk menyambut pengiriman bantuan Amerika meskipun Maduro berjanji untuk mengembalikannya.
Guaido, ketua parlemen Venezuela, menyatakan dirinya sebagai presiden sementara negara itu pada 23 Januari. Maduro bereaksi terhadap tindakan itu, menyebut Guaido boneka Amerika dan menuduh Washington mengorganisir kudeta di negara itu.
Amerika Serikat, Kanada, dan sejumlah negara lain telah mengakui pemerintahan Guaido, sementara Rusia, China, Meksiko dan Turki, bersama dengan sejumlah negara lain menekankan bahwa Maduro adalah presiden yang sah dan menyerukan dialog untuk menyelesaikan masalah di negara tersebut.