USAF Ingin F-35 Jadi Libero di Medan Perang untuk Mengacaukan Lawan
Jet tempur Amerika

USAF Ingin F-35 Jadi Libero di Medan Perang untuk Mengacaukan Lawan

Angkatan Udara Amerika ingin menggunakan jet tempur siluman F-35 sebagai “quarterback” atau semacam libero dalam strategi perang melawan Rusia atau China. Dengan perannya ini F-35 akan menjadi pengatur dan pengelola medan perang secara real time.

Kepala Staf Angkatan Udara Amerika Jenderal David Goldfein menguraikan konsep operasi baru di Brookings Institution, lembaga thing tank yang berbasis di Washington DC Selasa 18 Februari 2019.

Dia mengatakan strategi perang itu dirancang untuk menyerang kelemahan musuh sebelum lawan menyerang kekuatan mereka.

Pentagon telah memasukkan China dan Rusia sebagai dua negara ancaman dalam Strategi Keamanan Nasional 2018 yang menggeser dari fokus Amerika selama ini yakni pada terorisme.

“Tantangan utama bagi kemakmuran dan keamanan Amerika adalah munculnya kembali persaingan strategis jangka panjang dengan apa yang digolongkan oleh Strategi Keamanan Nasional sebagai kekuatan revisionis. Semakin jelas bahwa China dan Rusia ingin membentuk dunia yang konsisten dengan model otoriter mereka,” tulis dokumen Strategi Keamanan Amerika 2018.

Meski strategi baru ini diarahkan untuk melawan Rusia dan China yang disebut Goldfein sebagai kekuatan setara, namun juga dapat digunakan untuk negara yang lebih lemah seperti Korea Utara.

Goldfein mengatakan tujuan dari strategi ini adalah untuk melakukan “penetrasi diam-diam dan bersama-sama,” untuk menyebabkan kekacauan di mana musuh harus membuat pilihan yang sulit dan membingungkan tentang serangan yang harus ditanggapi.

Dalam serangan bersama itu F-35 Lightning II akan mendapat posisi di tengah yang bertugas mengatur jalannya serangan.

“Jika China atau Rusia atau musuh lain di dunia pernah melihat F-35 di dalam wilayah udara mereka,” kata Goldfein, “Saya akan senang mengirimi mereka semua pesan dengan dua kata ‘ kita di sini’ bukan ‘aku di sini’ karena F-35 tidak akan pernah sendirian,” katanya dikutip Sputnik.

Air Force Magazine mencatat bahwa Goldfein menyebut F-35 sebagai “quarterback” dari kampanye udara tersebut karena mampu “memantau keadaan secara real time. Desainnya siluman yang membuatnya sangat sulit untuk dilihat dan diidentifikasi pada radar, akan melindunginya dari deteksi dan serangan.

Pendekatan itu mencerminkan kesimpulan yang diambil dari game perang 2017 yang diadakan di Nevada di mana hal yang paling berguna yang dilakukan F-35 adalah menggunakan sensornya yang sangat kuat untuk membuat satu gambar terintegrasi dari medan perang.

Komputer terbang F-35 membantu mengoordinasikan serangan dengan pesawat lain yang lebih tua, seperti F-15 dan F-16, dan tetap berkeliaran di medan perang meski telah menembakkan amunisi untuk membantu pesawat lain untuk melihat target dan ancaman dengan lebih baik.

Pasangan F-35 dan F-22 Raptor akan membentuk tim yang sangat mematikan. Raptor menggunakan kemampuan manuver udara canggihnya untuk melindungi F-35 dari ancaman di udara, sementara F-35 menyampaikan data ke F-22 untuk memberikan gambaran yang jelas tentang medan perang. Setelah duo jet tempur generasi kelima itu melakukan gelombang serangna pertama F/A-18, F-16, dan F-15 yang ada di belakangnnya akan memberikan dukungan dengan menerima data target dari F-35.