Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui jika Amerika menempatkan rudal darat mereka di Eropa maka hal itu akan menjadi ancaman serius buat mereka. Untuk itu mereka mengancam akan memberi tindakan tanggapan yang sesuai.
Putin bahkan mengancam akan menargetkan Amerika dengan rudal berujung nuklir yang mampu dengan cepat menyerang benua Amerika Serikat. Seberapa serius sebenarnya ancaman yang dihadapi Rusia dan bagaimana cara Putin untuk menyerang Amerika?
Kita kembali ke era Perang Dingin ketika Amerika Serikat mengerahkan rudal balistik jarak menengah Pershing II ke Eropa Barat pada 1980-an.
Pada akhir 1970-an ketika Perang Dingin mencapai puncaknya, Uni Soviet mengerahkan rudal jarak menengah berhulu ledka nuklir baru yang disebut SS-20 dan oleh NATO disebut sebagai Sabre. Senjata itu memiliki kemampuan untuk menyerang negara-negara Eropa di seluruh NATO, tetapi tidak memiliki jangkauan untuk mengenai Amerika Serikat atau Kanada.
Amerika Serikat dan NATO membalas dengan mengirim rudal nuklir jarak menengah mereka sendiri yakni rudal balistik Pershing II dan versi darat dari rudal jelajah Tomahawk, yang disebut Gryphon. Tidak butuh waktu lama bagi Uni Soviet untuk menyadari upayanya untuk mengintimidasi NATO justru menjadi bumerang.
Meski SS-20 dapat mengintimidasi Eropa, ia tidak dapat mencapai Washington D.C. Sementara itu, Pershing II dapat mencapai Moskow hanya dalam delapan menit, sebuah kemampuan yang sebelumnya tidak dimiliki Amerika Serikat.
Delapan menit adalah waktu yang terlalu sedikit bagi pemerintah mana pun untuk bereaksi terhadap serangan nuklir dan Uni Soviet mempertaruhkan kepemimpinannya dalam serangan mendadak sebelum bisa mengotorisasi serangan balasan.
Perjanjian INF 1987 kemudian melarang rudal jarak menengah berbasis darat di gudang senjata Amerika dan Soviet (kemudian Rusia). Pada tahun 2014, Amerika mengumumkan adanya pengembangan rahasia rudal Rusia yang melanggar Perjanjian INF. Rudal itu dikenal di Rusia sebagai 9M729.
Moskow menolak untuk mengakui rudal itu melanggar perjanjian, dan karenanya Amerika mengumumkan niatnya untuk meninggalkan perjanjian pada Februari 2019.
Upaya Rusia dengan mengundang atase militer berbagai dunia untuk melihat langsung rudal 9M729 tidak mempengaruhi sikap Amerika yang menuding rudal yang ditunjukan bukkan yang asli.
Sebagaimana dilaporkan Popular Mechanics, kesalahan Rusia dalam hal ini adalah mengembangkan 9M729 untuk berbasis darat. Perjanjian INF hanya melarang rudal jarak menengah dan menengah baik nuklir atau konvensional. Perjanjian tersebut memungkinkan untuk rudal berbasis laut dan udara.
Amerika memiliki inventaris besar kedua jenis rudal ini, termasuk Tactical Tomahawk milik Angkatan Laut, yang dikerahkan di kapal selam dan kapal permukaan sementara Angkatan Udara memiliki J oint Air Surface Standoff Missile-Extended Range (JASSM-ER).
Rusia, di sisi lain tetap menjadikan kekuatan darat sebagai elemen utama dan tidak memiliki kapal selam dalam jumlah besar dan pembom yang dapat dibanggakan Amerika. Jadi, alih-alih menempuh rute mahal yang sah untuk membangun kapal atau pembom baru, tampaknya Putin memutuskan untuk mengembangkan rudal berbasis darat.
Ketika Amerika meninggalkan Perjanjian INF kemudian menempatkan kembali rudal mereka di Eropa Barat untuk melawan 9M729 akhirnya Rusia akan menghadapi kondisi yang sama seperti yang dialami Uni Soviet. Serangan nuklir dalam jeda waktu yang sangat singkat. Bahkan mungkin lebih singkat dari delapan menit meninggat pengembangan teknologi yang ada sekarang.
Sementara Putin akan tetap sangat kesulitan untuk menargetkan Amerika. Pasca Perang Dingin, Rusia hampir tidak mungkin menemukan negara-negara yang bersedia menjadi tuan rumah rudal nuklir yang bisa menjangkau Amerika Serikat. Itu berlaku bahkan untuk Kuba.
Menggunakan rudal antarbenua memang bisa tetapi waktu serangan cukup panjang. Bahkan ketika rudal itu bergerak menuju Amerika, rudal-rudal di Eropa sudah bisa berterbangan menuju Rusia.
Salah satu pilihan adalah untuk kapal selam Angkatan Laut Rusia yang dipersenjatai dengan rudal jelajah, termasuk rudal hipersonik Zircon, untuk berpatroli lebih dekat ke Amerika Utara. Rusia juga sangat serius mengembangkan drone nuklir Poseidon yang bisa menyerang Amerika dari laut.
Sementara itu, misil baru Amerika di Eropa Barat akan tetap ada. Jika terjadi perang nuklir, Amerika masih akan menggunakan rudal-rudal itu untuk menhangurkan Moskow hanya dalam delapan menit.