Menteri Pertahanan Inggris Gavin Williamson mendesak negara-negara NATO untuk hidup sesuai dengan komitmen pembelanjaan anggaran pertahanan sebesar 2 persen PDB untuk meningkatkan kemampuan kolektif dan mengatasi ancaman kebangkitan Rusia.
Williamson dalam pidato di Royal United Services Institute Senin 11 Februari 2019 mencatat persaingan negara dengan negara yang “hidup kembali” sebagai tantangan lain yang baru-baru ini mengemuka bersamaan dengan terorisme internasional.
Di antara sumber-sumber keprihatinan, ia menyebutkan kebangkitan Rusia, yang membangun kembali persenjataan militernya dan berusaha membawa negara-negara merdeka dari bekas Uni Soviet ke orbitnya. Dia juga menyebut China, yang mengembangkan kemampuan militer modern dan kekuatan komersial.
“Di NATO, kita harus bersikukuh menentang ketidakpatuhan Rusia terhadap Perjanjian INF, jika perlu siap menghadapi ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh sistem rudal Rusia yang baru. Aliansi harus mengembangkan kemampuannya untuk menangani berbagai jenis provokasi yang dilemparkan Rusia kepada kita, “kata Williamson.
Dengan memikirkan strategi pasca-Brexit di Inggris, ia menekankan bahwa negara itu bermaksud untuk meningkatkan kehadiran globalnya dan membangun aliansi-aliansi.
“NATO, 70 tahun sejak berdirinya tetap menjadi fondasi pertahanan negara kita. Dalam lima tahun terakhir, aliansi ini telah berjalan jauh lebih fokus dan siap untuk mencegah dan mempertahankan diri dari tindakan permusuhan Rusia, “lanjutnya sebagaimana dikutip Sputnik.
Menurut Williamson, perlu untuk mengirim sinyal bahwa tindakan Rusia akan “dibayar,” sehingga aliansi harus “berdiri teguh” dalam membantu negara-negara di luar NATO dalam perjuangan melawan Rusia yang disebut mencoba merusak kedaulatan mereka.
Williamson telah berulang kali menyatakan keprihatinannya atas dugaan peningkatan kehadiran militer Rusia dan menuduhnya melakukan berbagai provokasi, sementara Moskow secara konsisten membantah tuduhan itu.
Perjanjian INF, yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1987 dan melarang semua rudal yang diluncurkan dari darat, konvensional atau nuklir, dengan jangkauan 310 hingga 3.400 mil, baru-baru ini menjadi titik perdebatan antara Amerika Serikat dan sekutunya termasuk Inggris, di satu sisi, dan Rusia di sisi lain.
Amerika Serikat menuduh bahwa kisaran rudal 9M729 Rusia melanggar perjanjian, tetapi Moskow telah membantah tuduhan yang disebut tidak berdasar. Rusia, pada gilirannya, juga memprotes sistem pertahanan Amerika di Eropa yang dilengkapi dengan peluncur yang mampu menembakkan rudal jelajah pada jarak yang dilarang berdasarkan perjanjian INF.