Jerman mengaku negaranya telah menjadi sarang mata-mata dari Rusia dan China. Ratusan mata-mata dari dua negara tersebut dilaporkan bebas berkeliaran di jalan-jalan Brussel yang menjadi ibu kota Uni Eropa tersebut.
Surat kabar Jerman Welt am Sonntag dalam sebuah laporannya mengutip perkiraan baru-baru ini dari European External Action Service (EEAS) kemungkinan ada sekitar 250 mata-mata China dan 200 mata-mata Rusia ada di Jerman.
Para diplomat dan atase militer Uni Eropa telah diberitahu untuk menjauh dari kafe dan restoran serta bar yang berada dalam jarak berjalan kaki dari gedung kantor Komisi Eropa, menurut laporan tersebut.
Pernyataan dari EEAS – cabang Uni Eropa yang dikepalai oleh kepala diplomat Uni Eropa Federica Mogherini – mengakui bahwa tuduhan kepada Beijing dan Moskow terutama didasarkan di dalam kedutaan besar negara asal mereka, tetapi tidak menawarkan rincian spesifik.
EEAS juga menegaskan bahwa agen rahasia Rusia secara historis merupakan persentase terbesar mata-mata asing yang beroperasi di ibukota Belgia.
Selain sebagai Ibukota Uni Eropa, Brussels juga menjadi markas pakta pertahanan atlantik utara atau NATO sehingga juga menjadi sasaran utama mata-mata.
Sebuah skandal terungkap pada 2003 setelah perangkat penyadap ditemukan di gedung Justis Lipsius Dewan Eropa, di kantor-kantor yang digunakan oleh diplomat Inggris, Prancis, Jerman, dan Spanyol. Pelakunya tidak pernah terungkap, namun kecurigaan mengarah pada Israel dan Amerika Serikat.
Masih menurut surat kabar Jerman, selain operasi spionase dari Rusia dan China, agen Amerika dan Maroko juga diyakini aktif di Brussels.