Israel kembali menunjukkan dirinya mampu memantau posisi sistem pertahanan rudal S-300 milik Suriah.
Sebuah citra satelit dari perusahaan Israel ImageSat International (ISI) telah menunjukkan objek yang diklaim sebagai tiga peluncur sistem rudal darat ke udara buatan Rusia tersebut.
Dalam analisisnya perusahaan itu mengatakan gambar menunjukkan sistem tersebut dalam kondisi operasional dan siaga.
“Karena ketegangan regional yang terjadi saat ini dengan peluncur yang terdeteksi, ada kemungkinan bahwa kegiatan itu menunjukkan peningkatan tingkat operasional dan kewaspadaan. Namun saat ini tidak jelas mengapa hanya satu peluncur yang ditutupi oleh jaring kamuflase. Situasi ini jarang terjadi. dan menimbulkan tanda tanya tentang tingkat operasional seluruh baterai dan khususnya peluncur yang tertutup dan dilipat,” kata perusahaan itu dalam twitt-nya Rabu 6 Februari 2019.
Syria's S-300 exposed, three launchers are erected. Will it be activated?#ISI #Syria #Russia pic.twitter.com/7k73gDzg6C
— ImageSat Intl. (@ImageSatIntl) February 5, 2019
Ini bukan pertama kalinya Israel merilis foto satelit yang menunjukkan posisi S-300. Pada Oktober 2018 citra satelit ImageSat International Israel juga menampilan empat peluncur baterai dan diyakini senjata tersebut tidak belum operasional karena beberapa komponen tidak ada. Baterai ditempatkan di daerah Maysaf di utara kota Homs di bagian utara negara itu.
Israel dan Suriah telah berulang kali terlibat dalam baku tembak, dengan serangan udara Israel terbaru, yang berlangsung dua hari (20-21 Januari). Israel menyebut serangannya menghantam target di sekitar Bandara Internasional Damaskus yang diklaim milik Iran.
Rusia telah mengkonfirmasi bahwa pertahanan udara Suriah telah menghancurkan lebih dari 30 rudal jelajah dan bom yang dipandu ketika memukul mundur serangan Israel. Namun sampai sejauh ini tidak ada informasi bahwa sistem S-300 telah digunakan.
Pada awal Oktober 2018, Rusia menyelesaikan pengiriman sistem S-300 ke Suriah, termasuk 49 unit peralatan yang terkait dengan sistem seperti radar, sistem akuisisi target, pos komando, dan empat peluncur.
Pengiriman ini disebut Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sebagai langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan prajurit Rusia di Suriah setelah Angkatan Udara Israel menggunakan Il-20 sebagai perisai saat menyerang sasaran di Suriah hingga menyebabkan pesawat itu jatuh.