Hari ini Timur Tengah masih menjadi zona perang paling mematikan, termasuk Israel-Palestina, Lebanon, Suriah, dan Irak, adalah kreasi kerajaan Prancis dan Inggris pada Perang Dunia I yang dirancang bukan dengan aturan lokal tetapi untuk aturan kerajaan luar.
Ketika Perang Dunia II selesai, meski Inggris adalah pemenang perang, dan Prancis bisa dibebaskan, negara tidak memiliki ekonomi, keuangan, militer, atau sarana politik untuk mempertahankan kerajaan mereka di luar negeri, terutama karena gerakan kebebasan dalam koloni mereka terlibat dalam terorisme dan perang gerilya untuk mendapatkan kemerdekaan mereka.
Inggris dan Prancis secara damai memberikan kemerdekaan ke beberapa koloni mereka tetapi dalam kasus lain juga harus berjuang dengan perang berdarah melawan gerakan kemerdekaan seperti misal yang dilakukan Prancis di Aljazair dan Vietnam dan semuanya hampir selalu kalah pada akhirnya.
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat menegaskan kepemimpinan global, termasuk melalui aturan tidak langsung. Amerika Serikat telah meminjamkan, bukan memberikan, persenjataan ke Inggris untuk melawan Hitler. Akibatnya, Inggris menanggung utang ke Amerika Serikat dan Amerika Serikat mendapatkan posisi yang baik untuk menggantikan Inggris sebagai kekuatan dunia yang dominan.
Membangun imperium Amerika pasca perang bertepatan dengan Perang Dingin. Lebih sering daripada tidak, Amerika membenarkan perang di luar negeri dan kudeta yang dipimpin CIA untuk mempertahankan diri dan sekutunya melawan Uni Soviet.
“Para pemimpin Amerika menjauhi bahasa kerajaan dan pemerintahan langsung. Namun fakta sederhana adalah bahwa Amerika Serikat sangat sering memiliki kepentingan sendiri: kekayaan minyak di Timur Tengah; lahan pertanian yang berharga dan industri di Amerika Latin; dan pangkalan militer AS di seluruh dunia,” kata Jeffrey D. Sachs, Profesor dan Direktur Center for Sustainable Development di Columbia University, dan penulis “The Age of Sustainable Development” dalam artikelnya yang dimuat di Boston Globe beberapa waktu lalu.
Amerika Serikat sering menemukan dirinya berjuang panjang dibanding perang kekaisaran sebelumnya. Vietnam adalah kasus yang jelas di titik ini. Setelah Perang Dunia II, pejuang kemerdekaan Vietnam di bawah Ho Chi Minh berjuang melawan kekaisaran Prancis untuk mendirikan sebuah negara merdeka Vietnam.
Ketika Vietnam mengalahkan Prancis dalam pertempuran kunci pada tahun 1954, dan Prancis memutuskan untuk menarik diri, Amerika Serikat melangkah dalam perang melawan para pejuang kemerdekaan Vietnam. Sebuah perang mahal dan berdarah yang berlangsung sampai penarikan Amerika Serikat pada tahun 1975.
“Pada saat itu, lebih dari satu juta orang Vietnam telah meninggal di tangan Amerika Serikat dan lebih dari 50.000 tentara Amerika telah kehilangan nyawa mereka tanpa alasan. Perang buatan Amerika juga menyebarkan malapetaka ke negara tetangga Laos dan Kamboja.”
Di Timur Tengah, Amerika Serikat juga mengambil perang sebelumnya dari kekaisaran Inggris dan Prancis. Motif Amerika pada dasarnya sama: untuk mengamankan minyak Timur Tengah dan untuk memproyeksikan kekuatan militer di Asia Barat, Mediterania Timur, dan Samudera Hindia.
Pada tahun 1953, CIA bekerja sama dengan MI6 Inggris menggulingkan pemerintah terpilih Iran untuk mengamankan minyak Iran untuk Inggris dan Amerika Serikat. Namun ini menjadi ‘hore’ terakhir kekaisaran Inggris di wilayah tersebut, sejak Amerika Serikat memimpin dari titik itu dan seterusnya.
Kerajaan Yang Terlambat
Menurut Jeffrey pemerintahan tidak langsung telah menjadi pendekatan yang lebih khas Amerika Serikat. Dia mencontohkan ketika Amerika menggulingkan pemerintah terpilih Iran pada tahun 1953 untuk memaksakan otokratis Shah Iran.
Demikian pula, Amerika menggulingkan pemerintah yang dipimpin Taliban dari Afghanistan pada tahun 2001, dan Saddam Hussein di Irak pada tahun 2003, dalam rangka untuk menginstal rezim yang ramah pada Amerika Serikat. Tetapi semua itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
“Dalam semua kasus ini, visi kekaisaran Amerika terbukti menjadi fantasi, dan kekerasan yang dipimpin Amerika SErikat menjadi sia-sia dalam hal kepentingan AS,” tulisnya lagi.
Bahkan, ada puluhan kasus di mana CIA atau militer Amerika telah menggulingkan pemerintah di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Timur Tengah, dengan tujuan pemerintahan tidak langsung. Dan ada juga, masih menurut Jeffry kasus berdarah yang tak terhitung jumlahnya, seperti Suriah dan Yaman saat ini, dimana Amerika Serikat dan sekutu lokal mencoba dan gagal untuk menggulingkan pemerintah dan memunculkan perang berkepanjangan. Apakah menggulingkan pemerintah berhasil atau gagal, konsekuensi jangka panjang yang hampir pasti adalah adalah kekerasan dan ketidakstabilan.
Menurut Jeffery, karakteristik paling khas dari kekaisaran Amerika adalah bahwa negara ini terlambat memiliki kekuasaan kekaisaran. Ketika kekuatan Eropa, khususnya Inggris dan Prancis, mulai membangun kerajaan di luar negeri jauh di abad ke-19, Amerika Serikat masih terlibat dalam perang genosida terhadap penduduk asli Amerika dan Perang Saudara.
Bangunan kerajaan Amerika di luar negeri menurut Jeffrey baru mulai pada tahun 1890, setelah Amerika Serikat akhirnya mulai merambah dari pantai ke pantai, sehingga “menutup perbatasan” di Amerika Utara. Langkah berikutnya untuk Amerika adalah kerajaan di luar negeri.
Sebagai kerajaan terlambat, Amerika Serikat berulang kali menemukan dirinya mengambil jubah kekaisaran dari mantan kekaisaran di Eropa. Amerika Serikat kemudian merebut Puerto Rico, Kuba, dan Filipina dari Spanyol pada 1898.
Hal itu dilakukan atas nama mendukung pejuang kemerdekaan lokal melawan Kekaisaran Spanyol, hanya untuk mengkhianati pejuang kemerdekaan mereka dengan memasang rezim yang didukung Amerika Serikat (di Cuba) atau pemerintahan langsung (di Puerto Rico dan Filipina).
Dari tahun 1989 sampai akhir Perang Dunia II, Amerika memiliki beberapa prospek untuk memperluas jangkauan kekaisaran, sejak kerajaan Inggris dan Prancis masih berkembang. Ekspansi terbesar mereka terjadi setelah Perang Dunia I, ketika Inggris dan Perancis menggukir kekuasaan tanah Arab dari Kekaisaran Ottoman yang kalah.