Perjanjian INF, Perjuangan Keras Yang Disobek-Sobek Trump dan Putin
Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden Ronald Reagan menandatangani perjanjian INF /Wikipedia

Perjanjian INF, Perjuangan Keras Yang Disobek-Sobek Trump dan Putin

Dunia kembali di ambang perlombaan senjata antara dua negara besar seperti yang terjadi era Perang Dingin. Bahkan kali ini mungkin pesertanya akan bertambah.

Amerika telah memutuskan untuk menangguhkan kepatuhan mereka terhadap Perjanjian Intermediate Range Nuclear Forces (INF) dan bersiap untuk keluar sepenuhnya dalam waktu enam bulan mendatang. Menanggapi hal itu Rusia pun juga mengimbangi dengan menyatakan langkah yang sama. Mereka juga memutuskan untuk membangun rudal-rudal yang selama ini dilarang oleh INF jika Amerika melakukan hal yang sama.

Sebagaimana ditulis Business Insider, Sabtu 2 Februari 2019,  Perjanjian INF dibangun dengan usaha panjang dan keras dari pemerintah Amerika dan Uni Soviet yang saat itu masih berada di dalamnya ketegangan Perang Dingin. Perang nuklir adalah ancaman yang benar-benar nyata saat itu.

Presiden Amerika Richard Nixon dan Sekretaris Jenderal Uni Soviet Mikhail Gorbachev menghabiskan bertahun-tahun menyusun rencana itu, yang bertujuan untuk menghilangkan semua rudal darat yang melakukan perjalanan dari 300 mil hingga lebih dari 3.400 mil.

Kedua pemimpin akhirnya menorehkan pena di atas kertas perjanjian pada 8 Desember 1987 di Gedung Putih. Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden Ronald Reagan menandatangani perjanjian INF di Ruang Timur Gedung Putih.

Pada musim panas 1991, hanya dua setengah tahun kemudian, kedua pihak telah menghancurkan sekitar 2.700 rudal. Ketika ditandatangani, perjanjian dirancang untuk berlaku dalam waktu yang tidak terbatas.

Namun pada 2014, Amerika mulai mempertanyakan apakah Rusia benar-benar menjaga akhir kesepakatannya. Secara khusus, Amerika khawatir tentang rudal Rusia Novator 9M729 (SSC-8) dengan hulu ledak nuklir, yang menurut intelijen Amerika telah dikerahkan untuk menempatkan sebagian besar Eropa dalam bahaya.

Rusia juga tidak yakin Amerika akan bertahan dalam perjanjian. Pada Sabtu 2 Februari 2019, Putin memberikan lampu hijau bagi Rusia untuk mulai mengembangkan rudal baru, tetapi menambahkan bahwa ia hanya akan benar-benar menggunakannya jika Amerika juga melakukan hal yang sama.

Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov mengatakan sebelumnya bahwa Amerika melanggar perjanjian dengan rudal di Polandia dan Rumania.

Rusia bukan satu-satunya kekhawatiran nuklir yang berkembang bagi Amerika. China juga telah menerjunkan beberapa sistem senjata paling modern di dunia. Sementara China tidak terikat oleh larangan rudal darat berbasis INF hingga bebas mengembangkan senjata berkemampuan nuklir.