Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido telah meminta Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Gubernur Bank of England Mark Carney untuk tidak mengembalikan emas batangan senilai US$2.1 miliar atau sekitar Rp29 triliun kepada pemerintah Presiden Nicolas Maduro.
Dalam sebuah surat pada tanggal 26 Januari, Guaido dilaporkan mendesak May dan Carney untuk menunda transaksi yang disebut ilegal ini karena jika emas itu diserahkan, akan digunakan oleh rezim Maduro untuk menindak orang.
Sebagaimana dilaporkan media Ambito Venezuela dan dikutip Sputnik, Guaido pada hari Sabtu, memuji penolakan Bank of England terhadap permintaan Presiden Nicolas Maduro menarik emas batangnya.
“Proses melindungi aset Venezuela telah dimulai dan bahwa oposisi tidak akan membiarkan lebih banyak penyalahgunaan dan pencurian uang yang ditujukan untuk makanan, obat-obatan, dan masa depan anak-anak kita,” tulis Guadio dalam Twitter-nya.
Sebelumnya hari itu, kantor berita Bloomberg mengutip sumber yang mengatakan Bank of England telah menolak permintaan Maduro untuk menarik cadangan emas Venezuela setelah Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo dan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton melobi pemerintah Inggris untuk memotong akses harta pemerintah Venezuela ke luar negeri.
Krisis politik yang berlangsung lama di Venezuela meningkat minggu lalu ketika Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara negara itu dan menuntut pemilihan dini.
Presiden Nicolas Maduro menuduh Washington berusaha melancarkan kudeta di negaranya dan pindah untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.
Selain Amerika, Guaido diakui oleh sejumlah negara, termasuk Kanada, Argentina, Brasil, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Georgia, Guatemala, Honduras, Panama, Paraguay, dan Peru.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menggambarkan peristiwa di Venezuela sebagai pelanggaran berat terhadap kedaulatan negara dan menyalahkan Amerika Serikat karena ikut campur.