
Perbandingan Radar dan Avionik
Salah satu keunggulan yang dimiliki Su-35 adalah terpasangnya radar Irbis-E yang bisa mengendus keberadaan Hornet atau 30 pesawat tak dikenal lainnya, dengan tembakan radar mencapai 120 derajat dalam jarak 400 km lebih.
Keberadaan sistem pencari dan pendeteksi infra-merah (IRST) memiliki jarak jangkau hingga 80 km. Peralatan ini membuat jet tempur ini dapat mendeteksi, memilih dan mengintai empat target di darat serta dua target bergerak.
Sementara itu, Boeing membangun Super Hornet untuk memberikan keunggulan di udara. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan sistem avionik dengan kemampuan senjata. Salah satu elemen yang mengalami perubahan mendasar adalah sistem radar yang dimilikinya, yakni Raytheon’s AN/APG-79 AESA. Mereka mengklaim sistem radar ini menjadi yang terbaik di dunia.
Secara umum, sistem radar ini membuat pesawat ini mampu lebih cepat mendeteksi jet tempur lawan. Tanpa menyebutkan jarak deteksi, APG-79 telah mengalami peningkatan pengawasan dan dukungan terhadap pertempuran udara dan serangan ke darat. Dengan desain yang dimilikinya, radar ini bisa mengakomodasi berbagai teknologi terbaru.
Radar ini juga dilengkapi Radar Penerima Peringatan (RWR) yang bisa mendeteksi bahaya dari jarak yang cukup jauh. Dengan adanya peringatan yang diberikan, RWR ini membuat pilot Super Hornet mempersiapkan diri untuk menghindari tembakan musuh. Dengan teknologi tersebut, membuat kemampuan Super Hornet sejajar dengan pesawat siluman F-22 dan F-35.

Perbandingan Pengalaman Tempur
Sejak diproduksi, Super Hornet sudah digunakan Angkatan Laut Amerika dan sudah banyak memiliki pengalaman tempur. Jet tempur ikut melakukan pengamanan udara di zona larangan terbang dalam perang Irak, dan merupakan bagian dari Kapal Induk USS Abraham Lincoln.
Meski memiliki banyak keunggulan, banyak pengamat melihat Super Hornet kalah kelas dengan Su-35. Hanya saja, Super Hornet sudah teruji di medan pertempuran, sedangkan Su-35 belum diproduksi secara massal dan belum teruji.