Angkatan Laut Amerika mengumumkan bahwa kapal destroyer Kelas Zumwalt terbaru, USS Michael Monsoor (DDG 1001), akan secara resmi masuk ke layanan Sabtu, 26 Januari 2019 mendatang. Upacara akan digelar di Naval Air Station North Island.
Kapten Scott Smith adalah komandan kapal dan memimpin 148 awak. Michael Monsoor dengan bobot hampir 16.000 ton dibangun oleh General Dynamics Bath Iron Works di Bath, Maine. Kapal ini memiliki panjang 610 kaki, memiliki lebar 87 kaki. Kapal ditenagai oleh dua generator turbin utama Rolls-Royce, dua generator turbin tambahan Rolls-Royce, dua motor induksi canggih 34,6 MW untuk mempercepat hingga lebih dari 30knot.
DDG 1001 adalah kapal destroyer Kelas Zumwalt kedua yang memasuki armada. Nama diambil untuk menghormati Petty Officer Kelas 2 Michael Monsoor, anggota Navy SEAL yang meninggal karena tindakan heroiknya di Ramadi, Irak 29 September 2006 dan dianugerahi Medal of Honor. USS Michael Monsoor akan di-homeport di Naval Base San Diego, California.
Kelas Zumwalt menjadi destroyer dengan konsep yang benar-benar baru dan diklaim sebagia yang tercanggih di dunia saat ini. Namun kapal ini masih menghadapi masalah karena belum memiliki amunisi meriam utamanya karena sangat mahal.
USS Lyndon Johnson, destroyer Kelas Zumwalt ketiga sekaligus terakhir, melayang keluar dari drydock-nya pada Desember 2018 lalu. Kapal pertama adalah USS Zumwalt.
Peluncuran Johnson mengakhiri pembangunan kapal destroyer kontroversial yang dipangkas hingga lebih dari 90 persen. Selain itu sampai sekarang kapal belum memiliki amunisi untuk sistem senjata canggih mereka.
Awalnya Zumwalt direncanakan untuk menjadi kelas perusak yang hebat untuk menggantikan daya tembak dari empat kapal perang kelas Iowa
Pensiunnya empat kapal kelas Iowa meninggalkan lubang yang menganga dalam kemampuan Angkatan Laut Amerika untuk memberikan tembakan dukungan bagi Korps Marinir selama pendaratan amfibi. Untuk menebus kekurangan dan untuk mendukung perang darat di era pasca-9/11, Angkatan Laut telah merencanakan untuk membangun 32 kelas Zumwalt.
Dari rencana 32 kapal, akhirnya hanya tiga yang dibangun karena tingginya biaya, tingginya kebutuhan anggaran untuk perang serta krisis ekonomi. Awalnya dari 32 dipangkas menjadi tujuh dan akhirnya tiga.
Menurut Congressional Research Service, tiga kapal perusak akan menghabiskan biaya total US$ 13 miliar atau sekitar Rp184 triliun. Uang itu cukup untuk membeli tujuh destroyer kelas Arleigh Burke dengan harga saat ini. Dan tidak seperti Zumwalt, Burke adalah desain yang telah terbukti dengan rangkaian sensor canggih dan senjata yang bekerja.
Salah satu masalah besar dengan Zumwalts adalah Angkatan Laut Amerika tidak memiliki rencana membeli amunisi untuk senjata utama. Setiap destroyer dibangun dengan dua senjata Advanced Gun untuk menembakkan Long Range Land Attack Projectile (LRLAP), sebuah amunisi dipandu GPS dengan jangkauan efektif 60 mil.
Pada tahun 2001, pada awal program Zumwalt, Lockheed Martin memperkirakan setiap amunisi LRLAP akan menelan biaya sekitar US$ 50.000 — mahal, tetapi setara mengingat kemampuannya dalam mencapai targetnya.
Tetapi pemotongan jumlah kapal yang dibangun dari 32 menjadi 3, bersama dengan meningkatnya biaya pengembangan, secara dramatis meningkatkan biaya setiap amunisi hingga US$ 800.000 atau sekitar Rp 11,3 miliar. Jelas itu terlalu mahal hingga akhirnya US Navy mengumumkan tidak akan membeli LRLAP.
Situasi ini meninggalkan Angkatan Laut dalam dilema. Mereka sekarang memiliki tiga kapal perusak sangat mahal tanpa amunisi untuk senjata jarak jauh yang sebenarnya menjadi titik awal dari pembangunan mereka ketika dimulai.