Rusia kembali sukses melakukan uji terbang sistem rudal anti-satelit barunya. Dua sumber yang mengetahui laporan laporan intelijen Amerika menyebutkan rudal terbang selama 17 menit dan menempuh jarak 1.864 mil sebelum mendarat di daerah sasarannya.
CNBC melaporkan Sabtu 19 Januari 2019, pengungkapan tentang uji rudal terbaru ini muncul menyusul ulasan pertahanan Pentagon, yang menjadi perbaikan dari doktrin pertahanan rudal Amerika dalam hampir satu dekade.
Menurut tinjauan rudal Pentagon Rusia memang sedang mengembangkan serangkaian kemampuan anti-satelit yang beragam, termasuk rudal yang diluncurkan di darat dan senjata energi terarah, dan terus meluncurkan satelit ‘eksperimental’ yang melakukan aktivitas di-orbit untuk meningkatkan kemampuan counterspace. ”
Rudal PL-19 Nudol Rusia, sebuah sistem yang dinilai oleh intelijen militer Amerika akan difokuskan terutama pada misi-misi anti-satelit berhasil diuji dua kali pada tahun 2018. Senjata, yang ditembakkan dari peluncur bergerak in terakhir diuji pada 23 Desember dan menandai tes ketujuh dari keseluruhan uji sistem.
Sumber intelijen mengatakan senjata anti-satelit Rusia diperkirakan akan menargetkan satelit komunikasi dan citra di orbit rendah Bumi. Untuk diketahui, Stasiun Luar Angkasa Internasional dan Teleskop Luar Angkasa Hubble melakukan perjalanan di orbit rendah Bumi.
Meski rudal anti-satelit bukan hal yang sama sekali baru, kabar uji rudal Rusia ini datang kurang dari setahun setelah Putin memuji persenjataan militer negaranya yang semakin berkembang.
“Saya ingin memberi tahu semua orang yang telah memicu perlombaan senjata selama 15 tahun terakhir dan berusaha untuk memenangkan keuntungan sepihak atas Rusia, memperkenalkan sanksi yang melanggar hukum yang bertujuan untuk menahan perkembangan negara kita: Anda telah gagal mengendalikan Rusia,” kata Putin dalam sebuah konferensi nasional Maret 2018.
Laporan yang baru-baru ini dari National Air and Space Intelligence Center (NASIC), menjelaskan bagaimana keunggulan Amerika di atas atmosfer Bumi terkikis karena kemajuan China dan kebangkitan Rusia.
Laporan NASIC mengatakan ada jumlah satelit intelijen dan pencitraan asing telah naik tiga kali lipat menjadi 300 di orbit dalam dua dekade terakhir. Amerika sendiri memiliki 353 aset di orbit untuk tujuan tersebut. Sebagai tanggapan, negara adidaya ini telah menggelontorkan dana untuk meneliti dan mengembangkan senjata anti-satelit.
Rudal adalah manifestasi fisik paling tinggi dari senjata anti-satelit. Frank Slazer, wakil presiden sistem ruang angkasa di Aerospace Industries Association, mengatakan kepada CNBC rudal-rudal itu mungkin efektif secara fisik, tetapi kemungkinan tidak akan menjadi pilihan pertama.
“Anda lebih suka jamming satelit, membutakannya [dengan laser], atau mengambil alih sistem kontrolnya dengan serangan cyber,” kata Slazer.
“Dampak kinetik dapat menyebabkan masalah bagi negara lain, selain yang Anda serang, dan mungkin untuk sistem Anda sendiri selama bertahun-tahun sesudahnya.”
Baik Slazer maupun laporan NASIC menunjuk pada contoh uji anti-satelit China pada 2007. China menembakkan rudal anti-satelit di salah satu satelit cuaca yang telah tidak dipakai. Tes itu berhasil, tetapi satelit itu hancur berkeping-keping dan terus berkeliaran hingga membahayakan aset lain.
https://www.youtube.com/watch?v=AUi9hssJ2_A