Amerika memiliki banyak kapal induk, tetapi mugnkin USS Nimitz adalah yang paling dibenci mereka. Pada tahun 1996 kapal induk nuklir Amerika ini benar-benar membuat militer China merasa terhina.
Lebih dari 20 tahun yang lalu, konfrontasi militer di Asia Timur mendorong Amerika Serikat dan China mendekati konflik.
Krisis Taiwan Ketiga, sebagaimana disebut oleh para sejarawan, mengantarkan China berhadapan dengan kekuatan dan fleksibilitas kapal induk, sesuatu yang sangat dikhawatirkan bahkan hingga hari ini.
Krisis dimulai pada tahun 1995. Pemilihan presiden demokratis pertama untuk Taiwan ditetapkan akan dilakukan pada tahun 1996, sebuah peristiwa yang jelas ditentang Beijing.
Pada Agustus 1995, China mengumumkan serangkaian latihan rudal di Laut China Timur. Semua tahu bahwa ini kampanye intimidasi oleh China. Latihan-latihan itu melibatkan Korps Artileri Kedua Angkatan Darat China (sekarang Pasukan Roket PLA) dan pengerahan jet-jet tempur F-7 (versi China dari MiG-21 Fishbed) 250 mil dari Taiwan.
Selain itu hingga seratus kapal nelayan sipil China dikerahkan memasuki perairan teritorial di sekitar pulau Matsu tak jauh dari pantai Taiwan.
Menurut Globalsecurity.org, penugasan kembali pasukan rudal jarak jauh China berlanjut hingga 1996, dan militer China sebenarnya bersiap untuk aksi militer. China menyusun rencana darurat untuk serangan rudal selama 30 hari terhadap Taiwan. Serangan pertama akan dilakukan tak lama setelah pemilihan presiden Maret 1996. Tetapi persiapan ini kemungkinan terdeteksi oleh intelijen Amerika.
Pada Maret 1996, China mengumumkan latihan militer besar keempat. Militer negara itu mengumumkan serangkaian zona uji coba rudal di lepas pantai China, yang juga menempatkan rudal ke arah Taiwan.
China menembakkan tiga rudal, dua di antaranya jatuh hanya 30 mil dari ibukota Taiwan, Taipei dan satu di antaranya jatuh 35 lima mil dari Kaohsiung. Kedua kota ini menangani sebagian besar lalu lintas pengiriman komersial negara. Untuk negara yang digerakkan ekspor seperti Taiwan, peluncuran rudal itu jelas akan sangat mengganggu.
Amerika di daerah tersebut sudah menempatkan USS Bunker Hill, sebuah kapal penjelajah Aegis kelas Ticonderoga. Kapal ditempatkan di Taiwan selatan untuk memantau uji coba rudal China dengan sistem radar SPY-1-nya. USS Independence yang bermarkas di Jepang, bersama dengan kapal perusak Hewitt dan O’Brien serta fregat McClusky, mengambil posisi di sisi timur pulau itu.
Setelah tes rudal, kapal induk USS Nimitz meninggalkan wilayah Teluk Persia dan bergerak cepat ke Pasifik barat. Ini adalah kelompok tempur kapal induk yang sangat kuat. Mereka terdiri dari kapal penjelajah Aegis Port Royal, kapal perusak rudal Oldendorf dan Callaghan (yang nantinya akan diberikan ke Angkatan Laut Taiwan), frigat USS Ford, dan kapal selam serangan nuklir USS Portsmouth.
Nimitz dan para pengawalnya mengambil posisi di Laut Filipina, siap membantu Kemerdekaan Taiwan. Namun tidak satu pun kapal yang yang benar-benar memasuki Selat Taiwan.
Militer China, yang tidak dapat melakukan apa-apa pada kapal induk Amerika, benar-benar merasa terhina. China, yang baru saja mulai menunjukkan ekspansi ekonomi yang cepat, masih belum memiliki militer yang mampu menimbulkan ancaman yang dapat dipercaya terhadap kapal-kapal Amerika yang tidak jauh dari garis pantainya.
Setelah kejadian ini, hanya dua tahun kemudian seorang pengusaha China membeli kapal induk Riga milik Ukraina yang belum selesai, dengan maksud untuk mengubahnya menjadi resor dan kasino. Tetapi kemudian kapal ini menjadi kapal induk pertama China, Liaoning.
Pada saat yang sama, Korps Artileri Kedua memanfaatkan keahliannya dalam roket jarak jauh untuk membuat rudal balistik antikapal DF-21D yang mampu mengancam kapal besar, seperti kapal induk, dan dalam krisis di masa depan dapat memaksa Angkatan Laut Amerika untuk beroperasi 800 hingga 900 mil dari Taiwan.
Krisis Taiwan Ketiga adalah pelajaran brutal bagi China yang telah lama bersiap untuk berperang di dalam perbatasannya sendiri. Tetap saja, Angkatan Laut China layak mendapat pujian karena belajar dari insiden itu dan sekarang, 20 tahun kemudian, sangat mungkin bahwa China dapat merusak atau bahkan menenggelamkan kapal induk Amerika.