Seperti diberitakan Indonesia berencana membeli enam drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) dengan kemampuan tempur. China dan Turki bersaing ketat untuk merebut pasar tersebut.
Meski tidak disebutkan secara jelas drone apa yang bersaing, tetapi jika bicara drone MALE Turki dan China maka mau tidak mau mengarah pada Anka dan Wing Long. Bagaimana perbandingan keduanya? Mari kita lihat berdasarkan data terbuka yang tersedia.
Anka adalah medium altitude long endurance (MALE) unmanned aerial vehicle (UAV) system yang diproduksi terutama untuk memenuhi persyaratan pengintaian dan pengawasan Angkatan Bersenjata Turki. Drone Ini dirancang dan dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries (TAI).
Anka dapat melakukan misi intelijen, misi pengawasan dan pengintaian atau surveillance and reconnaissance (ISR), pelacakan target tetap dan stasioner, sinyal intelijen (SIGINT) dan relay komunikasi. Pesawat dalam beroperasi di segala cuaca baik siang maupun malam.
UAV menunjukkan kemampuan lepas landas dan mendarat secara otomatis pada November 2011. Masalah teknis menyebabkan jatuhnya kendaraan prototipe selama tes akhir pada September 2012. TAI menyelesaikan pengujian Anka pada Januari 2013. TAI juga merancang Anka varian bersenjata yang disebut sebagai Anka Plus A

Wing Loong
Wing Loong (Yilong / Pterodactyl) dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Design & Research Institute (CADI), sebuah divisi dari Aviation Industry Corporation of China (AVIC) .
UAV ini dikembangkan terutama untuk misi pengawasan dan pengintaian udara namun kemudian juga dilengkapi dengan berbagai senjata hingga memiliki kemampuan untuk melakukan operasi tempur.
Pengembangan drone ini dimulai pada tahun 2005 dan uji terbang pertama dilakukan pada tahun 2009. Sebuah prototipe dari Wing Loong I dipamerkan selama Pameran Dirgantara Internasional China di Zhuhai pada tahun 2010.
Wing Loong II, versi yang ditingkatkan dari Wing Loong, diluncurkan di Beijing Aviation Expo yang diadakan pada September 2015.