Kementerian Pertahanan Indonesia akhirnya mengakui memang ada kendala dalam pembelian 11 jet tempur Su-35 dari Rusia. Meski tidak menyebut secara langsung, kendala ini akan mempengaruhi pengiriman pesawat
Menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu kendala ada pada masalah pembayaran yang menggunakan sistem imbal dagang dengan sejumlah komoditi Indonesia.
“[Pembelian] Sukhoi itu kan ada [persetujuan] di tiga kementerian, sampai ke saya sudah final. Saya tinggal tanda tangan kontrak, sudah salaman, tapi kan yang bayarin bukan saya,” ujarnya.
Dia menambahkan kedatangan pesawat tempur tersebut masih menunggu pembayaran dari kementerian keuangan.
Nilai kontrak pembelian sukhoi asal Rusia adalah sebesar US$ 1,14 miliar atau sekitar Rp16 ,5 triliun (kurs Rp14.500) dengan imbal dagang 50% dari pembelian.
“Dia [Sukhoi] datang ke sini kok. Jadi untuk Kementerian perdagangan, itu kan imbal dagang 50% dengan kita menjual kelapa sawit dan segala macamnya. Nah, 50% ini kita bayar. Dan ini hubungannya dengan Menteri Keuangan, tanya mereka saja,” tegasnya sebagaimana dilaporkan Kontan Rabu 16 Januari 2019.
Sebelumnya pada Desember 2018 lalu Rusia mengakui masih ada sejumlah kendala dalam pembelian 11 jet tempur Su-35 oleh Indonesia. Negara tersebut juga belum bisa memastikan kapan jet tempur itu akan dikirim,
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva meminta Indonesia untuk menunggu proses produksi pesawat Sukhoi-35 yang dilakukan setelah kontrak perundingan pembelian pesawat tempur Sukhoi-35 dengan pemerintah Indonesia ditandatangani.
“Saya tidak dapat memastikan kapan pesawat itu akan tiba di Indonesia karena perlu diproduksi lebih dulu. Akan tetapi semoga kontraknya dapat dipenuhi,” kata Dubes Vorobieva dalam wawancara eksklusif di Kantor Berita Antara, Jakarta, Senin 17 Desember 2018.
Dubes Vorobieva mengatakan ada beberapa masalah teknis yang menjadi kendala, namun kedua belah pihak sepakat hal itu dapat diselesaikan pada 2019.