Awal pekan ini, sebuah destroyer rudal Amerika Serikat melakukan misi kebebasan navigasi di Kepulauan Paracel, yang menurut Beijing sama dengan masuk tanpa izin di perairan teritorial mereka.
Sebagai tanggapan, militer China dilaporkan telah memobilisasi rudal jarak menengah anti-kapal DF-26 berkemampuan nuklir baru ke dataran tinggi barat laut yang terpencil yang diduga sebagai tanggapan terhadap kapal perang Amerika tersebut
Global Times mengutip penyiar nasional China Central Television (CCTV) melaporkan tidak dijelaskan dengan tepat kapan rudal dimobilisasi juga dan apakah penyebaran mereka permanen atau bagian dari latihan. Bagaimanapun, seperti yang ditekankan Global Times, rudal-rudal itu sekarang dikerahkan dan “mampu melakukan operasi mobile di seluruh negeri.”
USS McCampbell conducts FONOP near Paracel Islands on Monday. In response, Chinese Foreign Ministry spokesperson Lu Kang says China has “registered stern complaints” with the US over the destroyer entering “without China’s permission.” https://t.co/vTLVehijEZ @USATODAY pic.twitter.com/ZsGRTqPOOd
— AMTI (@AsiaMTI) January 8, 2019
Mengomentari masalah ini, seorang pengamat militer yang meminta untuk tetap anonim menjelaskan bahwa “bahkan ketika diluncurkan dari daerah pedalaman yang lebih dalam di China, DF-26 memiliki jangkauan yang cukup jauh untuk menutupi Laut China Selatan.”
Pada Senin 7 Januari 2019, Angkatan Laut Amerika melakukan misi kebebasan navigasi di Laut China Selatan dengan mengirimkan kapal perusak rudal USS McCampbell di dekat Kepulauan Paracel, yang juga dikenal oleh orang China sebagai Kepulauan Xisha dan oleh Vietnam sebagai Hoang.
Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLARF) menugaskan DF-26 pada April 2018 dan telah berulang kali memamerkan rudal, dijuluki “Pembunuh Guam” karena kemampuan untuk menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika di Guam. Rudal berbahan bakar padat memiliki kisaran operasional sekitar 4.500 km.