Tahun baru 40 tahun lalu, salah satu momen paling bersejarah dalam sejarah diplomasi Amerika terjadi. Setelah 30 tahun, Amerika dan China kembali menjalin hubungan diplomatik.
Keberhasilan ini adalah salah satu pencapaian puncak Presiden Jimmy Carter dan merupakan hasil akhir dari pekerjaan diplomatik yang dirintis oleh Presiden Richard Nixon dan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger tujuh tahun sebelumnya.
Meski Duta Besar China untuk Amerika Serikat merayakan peringatan 40 tahun hubungan itu dengan kata-kata penuh kedamaian di halaman USA Today dan Presiden Xi Jinping menulis surat kepada Presiden Donald Trump dengan harapan memulai hubungan yang lebih produktif pada tahun 2019, seorang laksamana Tiongkok melakukan pernyataan yang keras tentang menenggelamkan kapal induk Amerika di laut terbuka.
Berbicara pada konferensi militer di kota Cina Shenzhen pada 20 Desember 2018, Laksamana Muda Lou Yuan dengan berani menyatakan bahwa rudal anti-kapal China dapat menenggelamkan kapal induk Amerika semudah ular menelan tikus.
Menurut Laksamana Lou menenggelamkan kapal induk akan menjadi solusi untuk mengakhiri ikut campur Amerika baik di Laut China Selatan maupun Laut China Timur.
“Yang paling ditakuti Amerika Serikat adalah jatuhnya korban,” Lou memberi kuliah kepada para pendengarnya. “Kita akan melihat betapa takutnya Amerika.”
Seberapa serius kita harus menanggapi komentar ini? Dan apakah China memang berani menenggelamkan kapal induk Amerika?
Sebagaimana ditulis Daniel DePetris di National Interest 5 Januari 2019 dan dikutip JejakTapak ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan tentang tindakan China akan menenggelamkan kapal induk Amerika.
Pertama, pertimbangkan sumbernya. Laksamana Luo Yuan adalah seorang akademisi dan tidak memiliki posisi komando dalam angkatan bersenjata China, jadi dia bebas saja untuk berbicara selama dia tidak mengkritik atau menjelek-jelekkan China tentunya.
Dan lelaki ini memiliki sejarah histrionic atau selalu mencoba menarik perhatian, termasuk pada Desember lalu ketika dia menyatakan bahwa Beijing harus menginvasi Taiwan jika Angkatan Laut Amerika merapatkan kapalnya di pelabuhan Taiwan.
Kedua, tidak ada indikasi apa pun bahwa Beijing akan cukup bodoh untuk melakukan apa pun yang dikatakan Laksamana Lou. Tentu saja, kapal-kapal China memang berlayar sangat dekat dengan kapal-kapal Amerika dan keras menentang operasi kebebasan navigasi US Navy di Laut Selatan dan Selat Taiwan, tetapi hanya itu tanggapan Beijing.
China pasti sadar menenggelamkan kapal apapun milik Amerika, apalagi kapal induk, akan menimbulkan pembalasan ekstrem dari Washington sehingga apa yang disebut perang dingin Amerika-China yang sekarang terjadi akan berkobar menjadi neraka perang yang sulit dikendalikan.
Perlu juga dicatat bahwa Beijing sangat bergantung pada koridor Laut China Selatan untuk pertumbuhan ekonominya. Alasan ekonomi China tumbuh dua digit karena negara itu adalah mesin ekspor. Dan itu menggunakan Laut China Selatan untuk membawa barang keluar dan masuk membawa minyak.
Seperti yang dikatakan pensiunan Kolonel Douglas Macgregor, seorang veteran perang dan perencana strategis Amerika “China bergantung pada Laut China Selatan untuk pengiriman minyak dan gas. Itu adalah garis hidup! ”
Dengan kata lain, bagi China untuk menghambat lalu lintas di Laut China Selatan sama saja mempersulit diri sendiri atau bahkan mungkin bunuh diri.
Jadi tenang saja saja. Washington dan Beijing tidak akan berperang di laut, setidaknya dalam waktu dekat.