Destroyer Aegis Pertama Australia Selesaikan Evaluasi
HMAS Hobart/RAN

Destroyer Aegis Pertama Australia Selesaikan Evaluasi

Destroyer aegis pertama Angkatan Laut Australia atau Royal Australian Navy (RAN), HMAS Hobart telah menyelesaikan evaluasi senjata dan sistemnya.

HMAS Hobart adalah kapal pertama di kelasnya dengan dua kapal lainnya direncanakan dibangun dengan biaya total US$ 6,5 miliar.  Kapal ini ditugaskan pada September 2017, dengan kapal berikutnya, HMAS Brisbane, ditugaskan pada Oktober lalu, dan kapal terakhir kelas, HMAS Sydney dijadwalkan akan dikirimkan pada Maret 2020.

Sistem tempur Aegis adalah jantung dari sistem anti-udara berbasis kapal Angkatan Laut AS serta kemampuan rudal ofensifnya. Lockheed Martin Mission Systems menerima kontrak US$ 41 juta pada Juli 2017 untuk menyediakan pemeliharaan program komputer untuk kapal-kapal baru.

Pertama kali diuji pada akhir 1960-an sebagai platform pertahanan rudal untuk kapal-kapal Angkatan Laut AS, Aegis, yang aslinya adalah nama perisai mistis Dewa Zeus, diwarisi oleh Lockheed ketika membeli pengembang sistem, RCA. Saat ini digunakan pada kapal destroyer kelas Arleigh Burke Angkatan Laut Amerika.

Angkatan Laut Australia dalam pernyataannya mengatakan sebuah kapal kelas Arleigh Burke, USS John Finn, membantu Hobart menguji sistem jaring sensornya di lepas pantai Hawaii November lalu dalam serangkaian pengujian sebelumnya.

“Kami dihadapkan pada beberapa ancaman terberat dan paling menantang di dunia: rudal anti-kapal modern, pesawat serang maritim, pesawat tempur dan pesawat serang berkecepatan tinggi. Dalam setiap kesempatan, kami berhasil mempertahankan semua ancaman,” kata komandan Kapten HMAS Hobart. John Stavridis yang dikutip Angkatan Laut Australia.

“Tujuannya adalah untuk mencapai tingkat kesiapan tempur dan sistem senjata yang berkelanjutan,” tulis laporan itu sebagaimana dilaporkan The Diplomat Sabtu 5 Januari 2019 dan dikutip JejakTapak.

Angkatan Laut Australia telah memulai proyek ekspansi yang ambisius, memesan beberapa sistem perang anti-kapal selam paling canggih di dunia dan berencana untuk menerima pengiriman kapal baru setiap 18 hingga 24 bulan selama dua dekade berikutnya.

Rencana Pembuatan Kapal Angkatan Laut negara itu dirilis pada Mei 2017 dengan mengeluarkan US$ 65,3 miliar untuk membangun kapal dan satu miliar lainnya untuk renovasi galangan kapal dan pelatihan awak. Rencana Australia termasuk membangun dua kapal induk kecil yang disebut kapal pendaratan helikopter, selusin kapal selam baru dan sembilan fregat.

Langkah ini kemungkinan besar dipicu oleh ekspansi besar-besaran China. Menurut Buku Putih Pertahanan Canberra 2016, armada kapal selam Angkatan Laut China diperkirakan akan mencapai 70 kapal pada tahun 2020, dan setengah dari kapal selam dunia diperkirakan akan beroperasi di Pasifik pada saat itu.