Bukan Tejas, Inilah Pesawat Tempur Pertama Buatan India
HF-24 Marut

Bukan Tejas, Inilah Pesawat Tempur Pertama Buatan India

Setelah melalui waktu yang panjang dan jalur terjal jet tempur LCA-Tejas Mk1 akhirnya mencapai Final Operational Clearance (FOC). Status ini digunakan untuk menyatakan sebuah pesawat siap untuk bertempur.

Tejas sering disebut sebagai jet tempur pertama yang dibangun India, tetapi ternyata salah.

Pada 1 April 1967, HAL ternyata telah menyerahkan pesawat tempur yang dirancang di dalam negeri. Pesawat itu disebut HF-24 Marut dan juga telah diserahkan ke Dagger Squadron IAF.

Penyerahan pesawat itu menjadi puncak dari mimpi dari gerakan India independent yang dibangun Jawaharlal Nehru, untuk mencapai kemandirian dalam desain dan produksi pesawat. IAF diminta untuk menyediakan kebutuhan untuk tempur adat di pertengahan 1950-an dan HAL ditugaskan untuk proyek tersebut.

Pada bulan Agustus 1956, Kurt Tank, seorang ilmuwan ruang angkasa Jerman, didampingi wakilnya, Herr Mittelhuper tiba di Bengaluru menanggapi undangan pemerintah India untuk membangun dan memimpin tim desain HF-24.

Hanya ada tiga desainer senior India dan seluruh infrastruktur harus dibangun dari akar rumput oleh duo Jerman. Pada April tahun 1959, mereka telah menghasilkan prototipe pertama dari glider kayu, gaya yang disukai oleh desainer tempur Jerman. Pesawat dua kursi ini telah melakukan 78 penerbangan sukses sampai 24 Maret 1960.

Pembangunan prototipe pertama dimulai segera setelah itu dan penerbangan resmi pertama dari prototipe berlangsung pada 24 Juni 1961, di hadapan menteri pertahanan VK Krishna Menon.

Tetapi pesawat punya masalah dengan mesin Bristol Orpheus 703 yang sudah digunakan pesawat tempur Gnat.

IAF enggan untuk mengambil sebuah pesawat yang ditawarkan , tetapi pemerintah mengambil keputusan, pada akhir tahun 1962, untuk tetap melantik 18 pesawat pra-produksi dan 60 + seri produksi Mark-1 ke layanan.

India mencari mesin yang lebih baik. Klimov K-7 Soviet dicoba tetapi tidak bisa cocok dengan badan pesawat.  Mesin RD-9F juga demikian. India kemudian mencari mesin EI-300 Mesir yang sedang dikembangkan oleh Ferdinand Brandner.

Pada bulan Juli 1966, pra-produksi Marut dibawa ke Helwan, Mesir untuk uji coba dengan mesin EI-300. Pada bulan Juni 1967, perang Arab-Israel menyebabkan pengembangan mesin EI-300 berlarut-larut dan tim uji India dipanggil pulang pada bulan Juli 1969.

Pesawat yang dikirim untuk uji coba ditinggal di Helwan dan teronggok di sana selama bertahun-tahun, terlantar dan tidak berguna.

Sementara itu, skadron kedua dilengkapi dengan Marut pada bulan April 1969. Kedua skuadron berpartisipasi dalam perang tahun 1971 dalam mendukung pasukan darat di sektor Rajasthan.

Lebih dari 300 sorti tempur diterbangkan oleh Marut selama peang yang berlangsung dua minggu. Tidak ada Marut ditembak jatuh atau rusak oleh pesawat musuh selama perang. Pada saat skuadron ketiga dilengkapi dengan Marut pada bulan Desember 1973, pesawat tempur telah mencapai 70% pribumisasi.

Tapi masalah dengan mesin terus dialami. Pushpindar Singh, penulis “Spirits of the Wind: The HAL HF-24 Marut”, mengatakan bahwa “Marut tak terkalahkan di tingkat terbang rendah tapi kurang bertenaga untuk manuver. Hal ini juga memiliki masalah pemeliharaan dan yang menyebabkan masalah selama operasi.”

Pada tahun 1982, Angkatan udara mengusulkan untuk mempensiun secara bertahap armada HF-24 dengan alasan “tidak lagi layak operasional “.

Catatan keselamatan penerbangan Marut jauh lebih unggul dibandingkan pesawat lain seperti Ajeet dan Gnat.

“HF-24 Marut seharusnya menjadi generasi awal dalam desain dan pengembangan pesawat hari ini. Kami kehilangan 25 tahun dalam tawar-menawar,” kata Pushpindar Singh sebagaimana dikutip Indian Express Jumat 1 Juli 2016.

F-24 Marut masih tersisa di dua dua tempat. Satu pesawat diparkir di Kompleks HAL Heritage di Bangalore dan pesawat lain justru ada di Museum Deutsches di Munich. Jerman. Pesawat ini ada di museum tersebut karena Marut dipandang sebagai bagian dari pencapaian teknologi mereka.