Terowongan bawah tanah, “kota” dan gua multi-level masih tetap menjadi alat yang kuat dan efisien dalam perang gerilya. Dari Lebanon, Suriah hingga Afghanistan, sistem ini telah berulang kali digunakan melawan pasukan asing dan pemerintah dan pada saat yang sama merupakan tantangan besar bagi wilayah sipil.
Berbagai kelompok bersenjata telah lama menggunakan jaringan tersembunyi bawah tanah sebagai senjata alternatif untuk mendapatkan keuntungan strategis atas lawan mereka dan mengganggu rencana mereka.
Pada bulan Desember 2018, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan Operasi Perisai Utara yang bertujuan menetralkan terowongan lintas perbatasan yang dibangun militan Hizbullah. Terowongan yang menghubungkan Libanon dengan Israel dilaporkan digunakan untuk memindahkan gerilyawan dan senjata oleh Hizbullah.Menurut IDF, kelompok ini telah membangun bagian-bagian bawah tanah yang membentang dari Libanon ke Israel sejak Perang Israel-Hizbullah 2006.
Seperti yang dilaporkan Ynetnews salah satu terowongan yang ditemukan oleh militer Israel membentang dari struktur perumahan di selatan Kafr Kela di Lebanon dan mencapai 40 meter ke wilayah Israel. Tinggi dan lebar terowongan mencapai dua lengkap dengna sistem ventilasi, listrik, dan perpipaan. IDF menduga bahwa butuh sekitar dua tahun bagi Hizbullah untuk membuat terowongan sepanjang 65 meter di medan berbatu.
Sebelumnya, pada tahun 2014, Tel Aviv melakukan Operasi Indestructible Rock untuk menghancurkan infrastruktur bawah tanah yang dibangun oleh Hamas, di Jalur Gaza. Sekitar 30 terowongan yang digunakan oleh Hamas untuk pergerakan rahasia dan operasi di daerah perbatasan dihancurkan oleh Israel.
Terowongan bawah tanah telah lama dianggap sebagai senjata paling berbahaya Hamas di Jalur Gaza. Tapi itu belum semuanya: Palestina berhasil membangun lorong bawah tanah yang dilengkapi penerangan listrik dan menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir.
Orang-orang dan berbagai barang, seperti makanan, bahan bakar, bahan bangunan dan bahkan hewan dan mobil dipindahkan melalui mereka.
Taktik “perang terowongan” telah banyak digunakan oleh para pemberontak melawan pasukan pemerintah Suriah sejak awal konflik 7 tahun. Tentara Suriah beberapa kali menemukan terowongan yang berfungsi untuk bersembunyi dari serangan udara serta bergerak di antara daerah dan pemukiman.
Ditemukan bahwa hampir 278 terowongan bawah tanah menghubungkan pinggiran kota metropolitan ke Damaskus. Terowongan pertama ditemukan pada tahun 2011 di Deraa dan kemudian jaringan bagian bawah tanah ditemukan di Ghouta Timur dan Douma. Beberapa dari mereka menyerupai “kota di bawah kota”.
Penggunaan infrastruktur terowongan bukanlah hal baru bagi kawasan ini. Suriah mulai membangun lorong-lorong tersembunyi pada 1920-an untuk melawan pendudukan Prancis.
Berbicara kepada Sputnik pada Mei 2018, sebuah sumber keamanan menjelaskan bahwa pemberontak telah menggunakan jalan rahasia untuk berbagai keperluan termasuk sebagai pasar bawah tanah.
“Sebuah terowongan yang sangat besar ditemukan di Douma, yang digunakan oleh para militan sebagai pasar besar. Orang dapat membeli apa pun di sana,” kata sumber itu.