Sejarah yang selalu berulang dialami Kurdi entah di Irak maupun di Suriah. Sebelumnya mereka selalu dijadikan kekuatan penting dalam perang atau politik, tetapi setelah itu mereka dikhianati dan ditinggalkan.
Keputusan Amerika Serikat untuk meninggalkan Suriah secara mendadak adalah gambaran terakhir bagaimana nasib bangsa ini. Mereka sebelumnya menjadi kekuatan utama Amerika untuk bertempur melawan ISIS dan mungkin juga pemerintah Suriah. Syirian Democratic Force (SDF) yang sebagian besar kekuatannya diisi YPG Kuri menjadi kekuatan yang sulit ditandingi. Salah satunya karena persenjataan mereka yang lengkap karena disuplai Amerika dan sekutunya.
Namun kini mereka seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Amerika secara mendadak menyatakan akan pergi tanpa memberi waktu kepada Kurdi untuk mempersiapkan diri. Yang menyedihkan bagi mereka, perang melawan ISIS oleh Amerika diserahkan kepada Turki yang selama ini menjadi musuh bebuyutan YPG Kurdi. Dari semula sekutu, kini Amerika seperti mengadu mereka dengan Ankara.
Kini Kurdi dan juga YPG harus bergerak cepat dengan mencari induk baru yang bisa melindungi mereka dari pasukan Turki. Mau tak mau mereka kini harus merapat ke pemerintah Suriah yang selama ini juga hubungannya tidak baik salah satunya karena Kurdi yang menempati Suriah utara selalu menuntut otonomi mengingat daerah ini memang kaya dengan minyak dan tanah pertanian yang subur.
Kurdi juga buru-buru merayu Rusia dan konsekuensinya mereka dalam posisi yang lemah untuk melakukan negosiasi. Selama ini sejumlah pembicaraan antara Kurdi dan Suriah yang didukung Rusia dan Iran selalu alot karena Kurdi memiliki posisi kuat dengan dukungan Amerika. Setelah ini mereka tak lagi bisa berbuat banyak. Inilah kisah sedih Kurdi yang kesekian kalinya.
Baru pada 2017 lalu Kurdi Irak yang harus menelan pil pahit karena dikhianati. Masoud Barzani, yang menghabiskan puluhan tahun memimpin Kurdi yang telah lama tertindas, pada 29 Oktober 2017 mengundurkan diri sebagai presiden Pemerintah Daerah Kurdistan. Inilah akhir perjuangannya untuk membawa Kurdi menjadi negara merdeka. Nasibnya mirip dengan ayahnya selalu dikhianati oleh Amerika.
Barzani telah memimpin pemerintahan Kurdi Irak sejak didirikan pada tahun 2005. Masa jabatan keduanya berakhir pada tahun 2013 namun diperpanjang tanpa pemilihan karena ISIS menyapu wilayah-wilayah yang luas di Irak dan Suriah.
Setelah bertahun-tahun berjuang, para kritikus mengatakan Barzani membuat salah satu kesalahan terbesarnya dengan mendorong referendum 25 September 2017.
Hasil referendum sebenarnya secara telak memenangkan kelompok yang ingin merdeka, namun mendapat sedikit simpati di luar wilayah mereka. Pemerintah Irak, Turki dan Iran mengancam akan melakukan tindakan keras terhadap tindakan apapun menuju pemisahan diri, karena khawatir akan mendorong populasi Kurdi mereka juga bergolak untuk mengikutinya.
Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya bergabung dalam paduan suara yang menolak pemungutan suara. Pemerintah Baghdad menjadikan referendum sebagai dasar mengirim pasukan untuk merebut kota minyak Kirkuk, yang oleh orang Kurdi dianggap sebagai jantung tanah air masa depan.
Hanya dalam beberapa jam saja, kota yang dianggap orang Kurdi sebagai tempat suci telah hilang, bersama dengan wilayah lain yang dikuasai Kurdi di utara. Beberapa menuduh Barzani telah menyebabkan orang-orangnya mengalami bencana.

Selama bertahun-tahun, dia telah menggunakan strategi dan kesabaran untuk membantu orang Kurdi bertahan dalam masa-masa sulit di bawah Saddam Hussein.
Setelah invasi pimpinan Amerika menggulingkan Saddam pada tahun 2003, Barzani menjadi tokoh sentral dalam upaya menciptakan negara Kurdi otonom di Irak utara.
Pemimpin Kurdi menjaga wilayah mereka relatif terbebas dari pertumpahan darah sektarian yang melanda sebagian besar wilayah Irak. Eksekutif minyak Barat berbondong-bondong ke wilayah tersebut untuk mencari kesepakatan.
Kurdi juga menunjukkan ketangguhan militer mereka saat bergabung dengan pasukan pemerintah Irak dan pasukan paramiliter yang didukung Iran untuk mengusir militan ISIS keluar dari Mosul.
Yakin bahwa waktunya tepat untuk sebuah negara merdeka, Barzani kemudian melakukan referendum. Keputusan ini menghasilkan dukungan yang luar biasa untuk pemisahan diri. Tapi kegembiraannya berumur pendek karena pasukan pemerintah Irak dan paramiliter Syiah menghancurkan mimpi Kurdi dengan serangkaian kemajuan militer yang menyilaukan.
Barzani lahir pada tahun 1946, segera setelah ayahnya yang legendaris mendirikan sebuah partai untuk memperjuangkan hak-hak orang Kurdi Irak.
Sangat dipengaruhi oleh ayahnya, Mulla Mustafa Barzani, yang dikenal sebagai Singa Kurdistan, Masoud Barzani bergabung dengan pasukan gerilya Kurdi yang dikenal sebagai Peshmerga pada usia 16 dan mendapatkan pengalaman tempur di pegunungan.