Angkatan Udara Amerika Serikat memiliki harapan untuk memiliki jet tempur F-15 generasi terbaru setelah Pentagon berencana untuk meminta dana US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17 triliun guna membeli 12 F-15 X dalam permintaan anggaran tahun 2020. Selama ini justru negara lain seperti Arab Saudi yang memiliki jet tempur tersebut.
Bloomberg mengutip dua orang yang mengetahui hal itu mengatakan keputusan untuk membeli pesawat jenis F-15 terbaru berasal dari kepemimpinan puncak Pentagon, termasuk beberapa dorongan Wakil Menteri Pertahanan Pat Shanahan, dan bukan Angkatan Udara, yang akan menerbangkan pesawat. Shanahan, seorang mantan eksekutif Boeing Co., mengundurkan diri dari segala keputusan yang terkait dengan Boeing ketika dia dikonfirmasi oleh Senat.
Tetapi seorang pejabat pemerintah, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan Shanahan tidak membuat keputusan tentang program Boeing. Pejabat itu tidak akan mengkonfirmasi permintaan anggaran, dan tidak ada keputusan anggaran final sampai Pentagon mengajukan permintaan pada 4 Februari 2019.
Alasan untuk membeli pesawat F-15X adalah untuk mulai mengganti varian F-15 C untuk Air National Guard, yang menjadi membutuhkan biaya mahal untuk dirombak. Produksi varian C berakhir pada 1980.
Boeing membangun F-15 di St. Louis, di mana ia juga membangun Super Hornet. “Boeing masih bisa memproduksi F-15 karena adanya penjualan ke Korea, Singapura, Arab Saudi, dan Qatar,” kata Richard Aboulafia, ahli pesawat militer dan Wakil Presiden Grup Teal, sebuah perusahaan konsultan.
Dia menambahkan pesawat memiliki sistem dan sensor baru. “F-15 termasuk dalam kelas tersendiri dalam hal jangkauan dan kinerja,” kata Aboulafia. Ini lebih cepat, membawa lebih banyak senjata dan bisa lebih jauh daripada F-35 Joint Strike Fighter,” kata Aboulafia.
Keputusan untuk membeli versi terbaru F-15 mungkin tidak cocok dengan pendukung F-35 di Pentagon dan di Kongres karena pada dasarnya akan bersaing untuk mendapatkan dana.
Model F-15C, -D, dan -E telah berpartisipasi dalam berbagai medan perang seperti Operation Desert Storm pada tahun 1991, Operasi Sekutu di Serbia pada tahun 1999, dan memberlakukan zona larangan terbang di atas Irak pada tahun 1990-an. Eagle juga menjadi kekuatan penting dalam Operasi Enduring Freedom di Afghanistan, Operasi Iraqi Freedom, hingga perang melawan ISIS.