China-Pakistan Punya Rencana Rahasia Membangun Jet Tempur Baru
J-17

China-Pakistan Punya Rencana Rahasia Membangun Jet Tempur Baru

China dan Pakistan dilaporkan memiliki rencana rahasia untuk bersama-sama membangun jet tempur generasi baru dan senjata lainnya sebagai bagian dari Belt and Road Initiative.

New York Times melaporkan jika rencana ini benar maka bertentangan dengan penyataan China yang sering mengatakan bahwa Belt and Road Initiative (juga dikenal sebagai One Belt, One Road) adalah usaha komersial murni dengan tujuan damai. Pakistan memainkan peran kunci dalam Belt and Road Initiative setelah menerima hampir US$ 62 miliar investasi dari China untuk Koridor Ekonomi China-Pakistan atau China-Pakistan Economic Corridor (CPEC). (CPEC).

CPEC melibatkan pembangunan jalan raya dari China ke pelabuhan Gwadar Pakistan, yang akan memungkinkan Beijing untuk memotong rute Samudera Hindia untuk perdagangan dan pengiriman impor dan ekspor, serta memperpendek waktu transit dan juga mencegah saingan China untuk memblokir pasokan.

New York Times menyebut rencana terkait militer dibuat oleh Angkatan Udara Pakistan dan pejabat China awal tahun ini. Rencana ini membayangkan menggunakan zona ekonomi khusus yang dibangun di bawah CPEC untuk menghasilkan pesawat tempur generasi baru. Kedua negara juga diharapkan bersama-sama membangun sistem radar dan senjata baru lainnya.

New York Times tidak menyebutkan jenis pesawat tempur apa yang akan dibangun China di Pakistan, namun Beijing saat ini fokus pada dua pesawat siluman yakni J-20 dan J-31 serta dan turunan asli dari keluarga Sukhoi SU-27 Rusia,  J-10 dengan mesin baru.

Selama dekade terakhir, Pakistan dan China telah bekerja sama memproduksi pesawat tempur murah JF-17 di provinsi Punjab.  Meski China telah mengembangkan JF-17, mereka justru tidak memasukkan jet tempur tersebut ke Angkatan Udara.

JF-17 baru-baru ini memenangkan pesanan ekspor dari Nigeria dan pesawat itu juga terlihat pada pawai angkatan udara di Myanmar. Laporan New York Times berspekulasi bahwa China bermaksud menggunakan pusat manufaktur pertahanan yang direncanakan di Pakistan untuk memenangkan pelanggan ekspor baru di antara negara-negara muslim.

New York Times dalam laporannya Rabu 19 Desember 2018 juga menjelaskan bahwa China sedang melanjutkan pengembangan satelit sistem navigasi Beidou, respons Beijing terhadap Global Positioning System (GPS) Amerika.

Pakistan adalah mitra kunci untuk Beidou, setelah membangun sejumlah stasiun pelacakan darat untuk jaringan tersebut. Selain membantu navigasi sipil, Beidou akan meningkatkan navigasi dan akurasi penargetan untuk aset militer Pakistan seperti pesawat, kapal dan rudal.

Artikel New York Times memperingatkan bahwa pelabuhan Gwadar dapat digunakan oleh kapal selam China di masa depan untuk pengisian bahan bakar. China telah menandatangani kesepakatan senilai US$ 6 miliar untuk menjual delapan kapal selam konvensional ke Pakistan pada tahun 2015.

Laporan New York Times juga menjelaskan kekhawatiran Amerika bahwa Belt dan Road Initiative memiliki dimensi militer. Ini mereproduksi peringatan dari Wakil Presiden Amerika Mike Pence tentang bagaimana China telah mendorong Sri Lanka ke dalam perangkap utang untuk memajukan ambisi geopolitiknya.

“Tanyakan saja pada Sri Lanka, yang mengambil utang besar-besaran untuk membiarkan perusahaan-perusahaan negara China membangun pelabuhan nilai komersialnya dipertanyakan,” tambah Pence. “Ini akan segera menjadi pangkalan militer ke depan bagi Angkatan Laut China yang sedang berkembang.”