Jerman, Prancis, dan Inggris telah mengatakan bahwa ISIS tetap menjadi ancaman di Suriah sekaligus membantah pernyataan Presiden Amerika Donald Trump bahwa kelompok tersebut telah dikalahkan.
Seperti diketahui saat mengumumkan bahwa Amerika akan segera menarik pasukan keluar dari negara itu, Trump mengklaim bahwa kelompok ISIS di Suriah telah dikalahkan.
Tetapi sekutu internasional yang tergabung dalam koalisi di bawah pimpinan Amerika seperti Prancis, Jerman dan Inggris terkejut oleh penilaian optimis Trump.
We have defeated ISIS in Syria, my only reason for being there during the Trump Presidency.
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) December 19, 2018
Ini perubahan mendadak tentu saja dan menempatkan perlawanan melawan ISIS beresiko,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas sebagaimana dikutip DW Kamis 20 Desember 2018.
“ISIS telah mundur tetapi ancaman belum berakhir,” Kantor Luar Negeri Jerman melalui akun Twitter. “Ada bahaya bahwa konsekuensi dari keputusan ini yang akan merusak pertempuran melawan ISIS dan membahayakan keberhasilan yang telah dicapai. ” Jerman saat ini memiliki sekitar 1.200 personel yang terlibat dalam perang melawan ISIS di Suriah.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengakui bahwa kelompok itu memang telah melemah secara signifikan, namun dia mengatakan pertempuran belum berakhir.
“ISIS belum dihapus dari peta. Kantung terakhir organisasi mereka harus dikalahkan secara militer sekali dan untuk selamanya,” kata Parly di Twitter.
Sekitar 2.000 pasukan Amerika saat ini berada di Suriah baik dalam misi tempur maupun memberi pelatihan kelompok anti-ISIS dan juga oposisi Suriah. Sedangkan Prancis memiliki jumlah pasukan khusus yang dirahasiakan di Suriah sebagai bagian dari koalisi pimpinan Amerika. Negara ini juga mengirimkan jet tempur yang berbasis di Yordania serta menempatkan artileri di sepanjang perbatasan Suriah di Irak.
Inggris, yang mengambil bagian dalam serangan udara sebagai bagian dari upaya koalisi, mengatakan penting untuk tidak meremehkan ancaman yang masih ditimbulkan ISIS.
Dalam sebuah pernyataan Kamis malam, Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan kemajuan penting telah dibuat dalam beberapa hari terakhir, tetapi menambahkan bahwa “masih banyak yang harus dilakukan dan kita tidak boleh melupakan ancaman dari mereka.”
“Bahkan tanpa wilayah, ISIS akan tetap menjadi ancaman,” kata pernyataan itu.
Di dalam negeri pengumuman Trump juga mendapat banyak tentangan. Senator AS Lindsay Graham, seorang Republik Carolina Selatan yang biasanya sebagai pendukung Trump mengatakan dia “buta” oleh keputusan itu. “Pemenang terbesar dalam hal ini adalah ISIS dan Iran,” kata Graham.
Amerika mulai melakukan serangan udara terhadap ISIS di Suriah pada tahun 2014, kemudian mengirimkan pasukan darat untuk membantu pasukan Kurdi untuk melawan ISIS.