Brasil Luncurkan Scorpene Pertama dan Bersiap Bergabung ke Klub Kapal Selam Nuklir
Naval Group

Brasil Luncurkan Scorpene Pertama dan Bersiap Bergabung ke Klub Kapal Selam Nuklir

Angkatan Laut Brasil telah meluncurkan kapal selam serang kelas Scorpene pertamanya di pangkalan Angkatan Laut Itaguai di negara bagian Rio de Janeiro.

Naval Today melaporkan Senin 17 Desember 2018, diberi nama Riachuelo, kapal selam buatan Brazil dikembangkan oleh perusahaan Naval Group Prancis dan merupakan versi modifikasi kapal selam bertenaga diesel kelas Scorpene.

Scorpene dapat dikerahkan dalam berbagai misi, termasuk operasi air dangkal, peperangan anti-permukaan dan anti-kapal selam, operasi khusus, serangan darat dan pengumpulan intelijen.

Angkatan Laut Brasil memberikan kontrak kepada Naval Group pada tahun 2009 untuk merancang dan mentransfer teknologi empat kapal selam Scorpene sebagai bagian dari program senilai US8,9 juta.

Perusahaan juga bertanggung jawab untuk memberikan bantuan desain dan manufaktur untuk bagian non-nuklir dari kapal selam bertenaga nuklir pertama Brasil.

Menurut Naval Group, Riachuelo akan memulai uji coba laut tahun depan dan diharapkan akan dikirimkan pada 2020. Perusahaan akan menyerahkan sisa tiga kapal selam sebagai bagian dari kontrak setiap 12 hingga 18 bulan.

Kapal selam Scorpene baru dinamai dari peristiwa Pertempuran Riachuelo, di mana Angkatan Laut Brasil mengalahkan Angkatan Laut Paraguay pada tahun 1865.

Naval Group mencatat bahwa kapal selam akan sedikit lebih panjang daripada varian Scorpene lainnya, yang operasional atau sedang dibangun untuk Angkatan Laut Chili, Malaysia dan India. Riachuelo  memiliki panjang keseluruhan 72m dan dapat membawa 35 anggota awak.

Ketika kapal selam kelima diterima pada 2029, Brasil akan bergabung dengan daftar negara-negara dengan yang memiliki kapal selam bertenaga nuklir, yang meliputi Amerika, Rusia, Prancis, Inggris, China, dan India.

“Brasil membangun kapal selam karena negara dengan lebih dari 7.000 km garis pantai tidak dapat melakukannya tanpa alat untuk mempertahankan kekayaan kedaulatan dan lautnya,” kata Presiden Brazil Michel Temer dikutip oleh Reuters.