Jepang telah membangun sebuah pesawat generasi kelima demonstrator yang dikenal sebagai X-2 Shinshin. Pesawat yang dibangun oleh Mitsubhisi ini juga telah melakukan beberapa kali menerbangan, beberapa tahun silam, namun saat ini nyaris tidak terdengar lagi kabarnya.
Jepang berharap bisa menggunakan X-2 Shinshin sebagai lompatan awal untuk masuk ke bisnis jet tempur global.
Pesawat yang sebelumnya dikenal sebagai Advanced Technology Demonstrator – Experimental (ATD-X) ini perwujudan banyak aspirasi. Ini adalah jet tempur asli Jepang pertama sejak Perang Dunia II, dan diharapkan menjadi awal upaya Tokyo untuk bisa membangun sendiri pesawat tempur generasi kelima untuk bersaing dengan F-35 Amerika atau J-20 China.
X-2 akan menjadi dasar program jet tempur masa depan dan awalnya militer akan membeli hingga 100 jet tempur yang nanti akan diberi kode F-3. Dengan X-2 / F-3, Jepang berusaha untuk menetapkan kembali posisinya sebagai salah satu produsen kedirgantaraan terkemuka yang selama ini didominasi oleh Amerika Serikat dan Eropa.
Sejak berakhirnya Perang Dunia II, hanya segelintir negara yang menguasai industri jet tempur yakni Amerika Serikat, Uni Soviet / Rusia, Inggris, Prancis, dan Swedia. Jepang – bersama dengan China, India, dan Korea Selatan – mencoba memecah kartel yang nyaman ini. Tetapi fakta kemudian menunjukkan negara-negara mengalami banyak kesulitan untuk bisa melahirkan sendiri jet tempur modern. Jika China berhasil, maka itu tidak lepas dari berbagai cara termasuk dengan meniru atau bahkan mencuri desain dan teknologi negara lain.
Selama beberapa dekade, Jepang adalah pusat kedirgantaraan Asia karena menjadi satu-satunya negara di wilayah ini yang memiliki industri pesawat militer yang cukup besar sebelum Perang Dunia II, dan selama tahun 1920 dan 1930-an Jepang adalah pusat inovasi dan penemuan kedirgantaraan. Pada awal perang, sejarah menunjukkan A6M “Zero” adalah salah satu pesawat tempur terbaik di dunia.
Setelah perang, Jepang menghabiskan waktu puluhan tahun untuk membangun kembali sektor penerbangan dan kedirgantaraannya. Mereka kebanyakan membangun para pejuang AS di bawah lisensi (F-86, F-4, F-15) dan beberapa jet pelatih sederhana.
Kemudian lahirlah X-2 sebagai harapan baru. Tetapi kemudian Jepang kemudian justru memutuskan untuk meninggalkan X-2 dan memilih untuk menggandeng negara lain guna membuat jet tempur masa depan.
Jepang sepertinya menghadapi tantangan berat dalam masalah teknologi jet tempur canggih. Hal inilah yang sepertinya membuat Tokyo memilih untuk mengandeng negara lain, meski tentu saja ada beberapa teknologi X-2 yang akan diambil untuk diinstal di jet tempur masa depan.
Pada akhirnya Jepang secara tidak langsung mengakui mereka tidak mampu untuk membangun jet tempur secara mandiri, setidaknya untuk saat ini.
Jet tempur akan sangat tergantung banyak faktor baik teknologi, ekonomi, dan politik yang semuanya harus bersatu dalam konvergensi harmonis.
Departemen Pertahanan telah membantah bahwa mereka berencana untuk membatalkan program tersebut, ketika mereka memutuskan untuk membeli tambahan F-35. Tetapi yang pasti telah ada masalah di program ini dan penundaan lebih lanjut dalam program X-2 tidak memberikan pertanda baik.