Amerika menyebut Beijing telah membangun tembok besar sistem pertahanan rudal di kawasan Laut China Selatan yang dipersengketakan.
“Dengan mengubah karang dan atol di Laut China Selatan menjadi pulau buatan yang dilengkapi dengan rudal permukaan ke udara, Beijing telah membangun tembok pasir besar yang diperkuat dengan SAM,” kata Komandan Komando Pasifik Amerika Serikat Laksamana Philip Davidson
Militerisasi perairan vital untuk pelayaran komersial telah menjadi perhatian utama Washington dan negara-negara tetangganya di Asia selama beberapa tahun terakhir. Tetapi tantangan China yang semakin agresif dari kapal angkatan laut Amerika dan sekutunya menimbulkan momok kecelakaan mematikan yang mungkin meningkat menjadi perang.
Dan jika perang pecah, pangkalan-pangkalan pulau itu menjadi perluasan selatan yang strategis dari pertahanan darat China terhadap kapal-kapal dan pesawat Amerika yang dikenal sebagai Anti-Access / Area Denial (A2 / AD).
Ketika Cina membangun lebih banyak kapal perang untuk angkatan lautnya dan terus memiliterisasi penjaga pantainya, Beijing telah mengerdilkan armada Amerika Serikat di wilayah tersebut.
“Kami membutuhkan Angkatan Laut yang lebih besar,” katanya sebagaimana dikutip Breaking Defense Senin 19 November 2018.
Salah satu cara untuk membebaskan lebih banyak kapal untuk melawan China di seluruh Pasifik, katanya, adalah menggeser misi pertahanan rudal balistik dari kapal penjelajah dan perusak Aegis di laut menjadi baterai Aegis Ashore dan sistem lainnya yang berbasis darat.
Davidson mengatakan komandannya ingin mengembalikan kemampuan manuver Angkatan Laut dengan menggeser pertahanan rudal balistik di darat. “Itu akan menjadikan kapal penjelajah dan destroyer Aegis bsia memuat Sistem Peluncuran Vertikal multi-tujuan dengan jenis-jenis rudal lainnya misalnya, rudal jelajah Tomahawk atau rudal anti-kapal LRASM, bukannya sebagian besar rudal anti-balistik SM-3.”
Sistem Aegis awalnya dibuat untuk mempertahankan armada kapal dari serangan udara dan rudal Soviet skala besar. Munculnya militer China telah membawa ancaman ini kembali hidup, sehingga US Navy ingin membawa kapal Aegis kembali ke misi awal mereka.
“Sistem-sistem itu masih memiliki banyak utilitas di laut yang mempertahankan terhadap rudal balistik anti-kapal di masa depan, [termasuk] rudal balistik di ruang angkasa,” kata Davidson.
“Kami akan membutuhkan itu terhadap ancaman masa depan yang akan mengancam kekuatan berbasis laut.”
Awal tahun ini, Jepang setuju untuk mengeluarkan anggaran US$ 2 miliar guna membangun dua stasiun Aegis Ashore yang dibangun oleh Lockheed Martin. Angkatan Laut Jepang sudah mengoperasikan versi kapal dari sistem ini. Sementara Rumania dan Polandia juga telah menginstal sistem berbasis darat tersebut.