
Sekitar akhir 1990-an, generasi baru rudal udara ke udara jarak jauh dipandu radar memasuki layanan, terutama AIM-120 AMRAAM milik Amerika dan R-77 Rusia. Rudal ini bisa mencapai target lebih dari 50 kilometer jauhnya. Sebelumnya AIM-54 Phoenix disebut bisa lebih jauh lama tapi sangat mahal.
Dalam dekade berikutnya, kisaran rudal terus meningkat menjadi lebih dari 100 kilometer, dan jenis baru seperti MBDA Meteor dari Eropa dan PL-15 China terus mendorong kemampuan dalam hal kecepatan dan jangkauan.
Saat AIM-120D secara teoritis memiliki jangkauan maksimum dari 160 kilometer; meskipun dalam praktek lapangan kemungkinan akan jauh lebih pendek karena berbagai alasan.
Sebagai rudal jarak jauh yang dipandu radar, pesawt siluman tidak terlalu rentan terhadap mereka. Berbeda dengan pesawat non-siluman. F-15 atau Su-35 mungkin mencoba untuk menghindari rudal dengan manuver mengelak dan tindakan kontra, namun hal ini akan mengganggu apapun yang mereka lakukan, dan lawan kemungkinan akan memecat lebih dari satu rudal.
Salah satu faktor yang sulit untuk menghitung adalah seberapa besar kemungkinan rudal jarak jauh yang bisa memukul. Dalam sejarahnya ada masalah dlam penggunaan rudal radar masa lalu mesi teknologi rudal telah berkembang jauh.
Sebagai gambaran rudal radar Sparrow awalnya memiliki probabilitas kurang dari 10 persen dalam membunuh di Perang Vietnam. Tetapi rudal radar telah lebih sukses di konflik Arab-Israel dan Perang Teluk saat melawan pilot lawan yang kurang terlatih dan kurang penanggulangan yang efektif.
Dengan gambaran itu sepertinya aman untuk mengatakan bahwa rudal jarak jauh akan memiliki kemampuan ketepatan pukulan lebih rendah rudal jarak pendek seperti AIM-9 Sidewinder dan versi modern R-73 Rusia yang telah menorehkan probabilitas sekitar 70 persen dalam membunuh.