F-15C Vs J-10
Angkatan Udara Amerika Serikat dengan penuh semangat terus meningkatkan kemampuan jet tempur era 1980an, F-15 dengan memberikan senjata dan sensor baru. Tujuannya, agar pesawat ini tetap lebih unggul dari J-10 China.
Boeing telah mengamankan kesepakatan senilai US$478 juta untuk menempatkan teknologi baru yang dikenal sebagai Eagle Passive Active Warning Survivability System, atau EPAWSS.
Teknologi ini memungkinkan pesawat untuk mengidentifikasi ancaman dan secara aktif melawan ancaman melalui penghindaran, penipuan atau teknik jamming.
Kemampuan EW baru ini menggantikan Taktis Electronic Warfare Suite, yang telah digunakan sejak tahun 1980-an, tidak lama setelah F-15 pertama kali digunakan.
Angkatan Udara Amerika berencana untuk tetap menerbangkan pesawat tangguh ini hingga 2040 sehingga pombakan sistem elektronik sangat diperlukan agar Eagle tetap mampu mempertahankan supremasi udaranya. Boeing memenangkan kontrak awal untuk proyek EPAWSS tahun lalu dan menggandeng BAE Systems sebagai subkontraktor utama.
Peningkatan kemampuan J-10 China menjadi salah satu yang mendorong USAF untuk menggenjot kemampuan Eagle. Upaya multi-cabang tidak hanya mencakup penambahan teknologi peperangan elektronik, tetapi juga memasang super komputer kecepatan tinggi, sistem pencarian dan penargetan infra merah dan meningkatkan kemampuan jaringan dan kemampuan menembakkan senjata.
Angkatan Udara saat ini mengoperasikan sekitar 400 F-15C, D dan E. Pesawat ini yang akan diandalkan untuk head to head dengan J-10 jika terjadi konflik dengan China.
Sebuah laporan yang disampaikan ke kongres menyebutkan pada 1980-an, F-15 jauh lebih unggul dengan J-10 China. Namun kemajuan teknologi China telah berhasil mempersempit kesenjangan kemampuan kedua pesawat tersebut. Bahkan sekarang kedua pesawat diyakini telah memiliki kemampuan sebanding.
Angkatan Udara dan Boeing kemugian melakukan sejumlah upgrade untuk mempertahankan keunggulan pesawat ini.
Di antara upgrade yang direncanakan adalah melengkapi F-15 dengan processer komputer tercepat di dunia, yang disebut Advanced Display Core Processo atau ADCPII.
Prosesor ini mampu memproses 87 miliar instruksi per detik, menerjemahkan ke dalam kemampuan pemrosesan misi lebih cepat dan lebih dapat diandalkan untuk aircrew,” kata juru bicara Boeing Randy Jackson .
Sistem penargetan dan pelacakan teknologi tinggi juga sedang diintegrasikan ke F-15 termasuk sensor pasif jarak jauh yang disebut sebagai Infrared Search and Track, atau IRST.
Sistem ini secara bersamaan dapat melacak beberapa target dan memberikan kemampuan penargetan udara ke udara yang sangat efektif, bahkan ketika menghadapi ancaman canggih dilengkapi dengan teknologi radar-jamming.
Upgrade juga akan menambahkan kecepatan dan daya jangkau F-15 serta kemampuan senjata. Pesawat ini akan membawa senjata dua kali lebih banyak dari sebelumnya yakni 16 senjata ini mencakup kemampuan untuk menembakkan rudal AIM-9X atau AIM-120.
Selain itu, upgrade termasuk menambahkan peningkatan kemampuan untuk mengintegrasikan atau mengakomodasi sistem senjata baru yang nantinya akan muncul. Pesawat ini juga mendapatkan sistem kontrol penerbangan fly by wire otomatis.
Seiring dengan upgrade senjata dan modifikasi lainnya, pilot F-15 juga akan mendapatkan helm pilot digital baru dan beberapa kemampuan untuk mengurangi deteksi radar lawan. Namun, F-15 tetap bukan pesawat siluman sehingga tetap akan digunakan secara hati-hati pada lingkungan yang dijaga ketat dengan sistem pertahanan udara canggih.
Untuk alasan ini, F-15 juga mendapatkan upgrade sistem jaringanyang bisa terintegrasi dengan jet tempur generasi kelima F-22 dan F-35. Dengan integrasi ini maka dua pesawat beda generasi ini bisa melakukan misi bersama dengan peran saling menutupi.
Apakah semua upgrade ini akan menjadikan F-15 akan tetap unggul dibanding J-10? F-15 sebagai platform penting yang masih memiliki kemampuan yang tidak dapat ditandingi dalam hal kemampuan untuk terbang tinggi, terbang cepat, terbang jauuh dengan membawa banyak. Ini adalah mesin dominasi udara.