Amerika Sanksi Iran, Turki: Kami Tak Ingin Hidup di Dunia Imperialistik
Wanita Iran/ Sputnik

Amerika Sanksi Iran, Turki: Kami Tak Ingin Hidup di Dunia Imperialistik

Keputusan Amerika Serikat untuk kembali menerapkan sanksi ke Amerika mendapat perlawanan dari sekutunya sendiri.  Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara tegas mengatakan bahwa mereka tidak akan mematuhi sanksi tersebut.

“Kami tidak menganggap sanksi itu benar. Ini adalah langkah yang bertujuan mengganggu keseimbangan global. Ini bertentangan dengan hukum internasional. Kami tidak ingin hidup di dunia yang imperialistik,” kata Erdogan Selasa 6 November 2018 sebagaimana dikutip Sputnik.

Pada saat yang sama, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa tidak ada hasil yang bisa dicapai melalui langkah-langkah hukuman ini.

“Tidak hanya negara tetangga tetapi banyak negara dari berbagai wilayah di dunia yang terkena dampak sanksi sepihak ini,” kata Mevlut Cavusoglu.

Dia menambahkan bahwa dialog dan diplomasi akan lebih berguna dan bermakna dan berbahaya untuk mengisolasi Iran dan tidak adil untuk menghukum rakyat Iran.

Mesir yang juga telah menjadi sekutu Amerika juga menentang sanksi tersebut. Bahkan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi  memperingatkan jika sampai keamanan Teluk Persia terancam  maka Angkatan Bersenjata Mesir akan dikerahkan untuk melindungi sekutu teluk

“Jika keamanan Teluk Persia terancam  baik presiden negara itu maupun rakyat Mesir akan menerima mobilisasi Angkatan Bersenjata Mesir untuk membela saudara-saudara kita,” kata Sisi Selasa.

Amerika Serikat, Senin 5 November 2018, memberlakukan kembali sanksi-sanksi yang membidik sektor perminyakan, perbankan dan transportasi Iran dan mengancam mengambil tindakan tambahan untuk menghentikan “kebijakan-kebijakannya yang tak sah”.

Langkah-langkah Trump itu menyasar sumber utama penghasilan Iran – ekspor minyaknya – dan juga sektor keuangannya. Dengan demikian 50 bank Iran dan anak-anak perusahaannya terlarang untuk melakukan transaksi dengan bank-bank asing yang memiliki akses kepada sistem keuangan Amerika.

Pemberlakuan kembali sanksi-sanksi itu dipicu oleh keputusan Trump pada 8 Mei untuk mundur dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015, yang dirundingkan dengan lima kekuatan lain dunia dalam pemerintahan Presiden Barack Obama yang berasal dari Partai Demokrat.

Perjanjian tersebut telah menyingkirkan banyak sanksi AS dan kekuatan ekonomi lain dunia dari Iran sebagai imbalan atas komitmen Teheran mengurangi program nuklirnya.

Iran sendiri bersumpah akan melangkahi sanksi yang baru diberlakukan lagi oleh Amerika. “Republik Islam Iran dapat dan akan menjual minyaknya,” kata Presiden Iran Hassan Rouhani pada Senin sebagaimana dikutip kantor berita Mehr.