Seperti dilaporkan sebelumnya CIA mengalami bencana intelijen terburuk pasca 11 September 2001 setelah jaringan komunikasi mereka dibobol dengan sangat gampang oleh Iran yang mengakibatkan lusinan agen dan aset mereka tewas.
Ini adalah kali kedua Iran mempecundangi CIA. Kejadian sebelumnya lebih parah lagi karena justru membuat Iran akhirnya mendapatkan teknologi nuklir. Sebuah bencana yang menggambarkan bahwa sebenarnya Iran memiliki kemampuan membangun nuklir justru dari Amerika Serikat, terutama karena kekonyolan CIA dalam menjalankan operasinya.
Kebodohan CIA tersebut dibongkar oleh wartawan New York Times James Risen yang berakibat selama bertahun-tahun dia harus terlibat dalam pertempuran hukum dengan pemerintahan Amerika karena menolak untuk mengungkapkan sumber pemerintah yang digunakan dalam laporannya.
Tulisan James kemudian menjadi sebuah buku yang berjudul State of War yang diterbitkan oleh The Guardian pada tahun 2006.
Dikisahkan pada bulan Februari 2000, CIA menggelar sebuah operasi yang dinamakan Operasi Merlin dengan tujuan menghambat perkembangan nuklir Iran.
Mereka menemukan cara yang menurut mereka akan sangat efektif yakni dengan memberikan ke Iran cetak biru nuklir yang sengaja dibuat cacat.
Rencana Awal
Ketika ide ini muncul maka yang dicari terlebih dahulu adalah seorang ilmuwan Rusia yang sudah membelot ke Amerika dalam beberapa tahun.
Setelah ketemu maka dibuatlah skenario insinyur nuklir itu seolah adalah ilmuwan serakah yang akan menjual cetak biru TBA 480 blok tegangan tinggi yang dirancang untuk senjata nuklir Rusia.
Desain ini akan memungkinkan siapapun yang memilikinya mampu membangun mekanisme yang memicu reaksi berantai nuklir, salah satu rintangan paling signifikan untuk berhasil membangun senjata nuklir.
Ilmuwan itu kemudian dilatih CIA. Dia kemudian bekerja untuk mencari kontak sendiri dengan orang Iran. CIA tidak terlibat langsung karena akan sangat berbahaya.
Akhirnya ilmuwan Rusia ini berhasil membuat kontak dengan seorang ilmuwan nuklir Iran. kepada kontak itu dia menjanjikan bisa memberi cetak biru senjata nuklir. Hal ini pun sampai ke pemerintah Iran.
Setelah proses itu selesai CIA kemudian menyerahkan cetak biru nuklir Rusia yang dicuri oleh ilmuwan Rusia lain yang juga membelot.
Tetapi cetak biru itu telah dibuat cacat oleh CIA. Lembaga ini yakin Iran tidak akan mampu mengenali bagian yang dibuat cacat tersebut.
Hingga ketika mereka telah mencoba membangun desain dan mengujinya, Iran akan mendapat malu karena bom akan gagal dan program nuklir pun akan mundur untuk beberapa tahun.
Ilmuwan Rusia sempat memeriksa cetak biru yang diberikan CIA. Sebagai ahli nuklir dia menyadari ada yang salah dalam cetak biru tersebut.
“Ini ada yang salah. Tidak seperti ini cetak birunya,” katanya di depan sejumlah personel CIA di sebuah kamar hotel di Fransisco. Tetapi tidak ada yang memberi penjelasan.
Penyerahan Cetak Biru
Ilmuwan Rusia berpikir keras bagaimana caranya memberitahu kepada Iran bahwa ada kesalahan di cetak biru tersebut.
Maka dia pun membuat surat pribadi ke Iran yang dikirim bersama paket cetak biru yang mengatakan ada kesalahan di cetak biru itu tanpa menyebutkan kesalahan ada di mana tetapi bisa membantu jika diperlukan (tentu dengan imbalan).
Rupanya ilmuwan ini juga memiliki niat untuk mengambil peran sendiri dalam operasi tersebut. Dia sudah siap dengan segala risiko jika CIA tahu keputusannya itu.
Penyerahan dilakukakn di Wina Austria. Dengan dibantu oleh seorang tukang pos di Wina, ilmuwan Rusia bisa menyelinap ke kantor Rusia di negara tersebut dan menyerahkan cetak biru dalam amplop melalui bawah pintu.
Dia lega karena tidak harus ketemu langsung dengan orang Iran. Ilmuwan itu langsung kembali ke Amerika dengan aman sementara dalam beberapa hari kemudian orang Iran juga ke Teheran.